Fiksi Kilat: Lelaki Penjual Es Krim

“Mas, kok sampai segininya buat nyari duit?”

Begitu pertanyaan yang beberapa kali kudapatkan karena masih saja berkeliling menjual es krim walau hari sedang hujan. Pertanyaan tersebut biasanya hanya kutanggapi dengan senyuman dan anggukan, lalu mulai mengayuh sepeda lagi untuk berkeliling. Biasanya, banyak orang yang memberikan tatapan kasihan. Tapi jak jarang juga yang memberikan tatapan kekaguman.

“Demi istrinya, dia bekerja keras mencari rezeki.”

“Beruntung sekali istrinya, ya. Dengar-dengar, istrinya disuruh tinggal di rumah. Biar dia saja yang bekerja.”

“Iya, Bu. Saya juga dengar begitu. Padahal jualan es krim itu nggak banyak-banyak amat untungnya. Sampai-sampai ketika hujan pun dia tetap berkeliling. Padahal kalau hujan, yang mau beli juga belum tentu ada.”

“Tapi kalau menjual pas cuaca dingin, kan saingannya sedikit, ya, Bu, ya? Bisa lebih banyak yang laku, loh. Itu berarti Mas-nya pinter liat peluang.”

“Iya juga, Bu, ya.”

Begitulah perbincangan ibu-ibu di salah satu komplek perumahan tentangku. Memang, ketika cuaca dingin, aku makin semangat berkeliling menjual es krim. Bukan karena sainganku sedikit. Bukan juga karena bakal banyak yang beli. Justru, es krim yang kujual malah tidak ada yang laku. Tapi, ketika cuaca dingin begini, istriku di rumah semakin laku.

****

Yoh… Akhirnya kembali #Memfiksikan lagi. Kali ini temanya es krim. Bagi yang mau ikutan juga, mungkin ikut minggu depan, silakan follow dulu Twitter @memfiksikan.