Assalamu'alaikum......
Karena mata ini belom mau di bawa tidur juga, ya sudah lanjut
ngepost saja.....
Malam ini ane sedang merenung dan termangu (tapi bukan berarti ane
lagi boker ye..) kenapa manusia selalu memiliki sifat merendah. Merendahkan
diri sekaligus merendahkan orang lain. Sifat merendah ini merupakan salah satu sifat....(sebaiknya kata sifat
diganti saja dengan
perbuatan, karena merendah merupakan pilihan, tidak tepat jika disebut sifat) perbuatan yang dapat memberikan kerugian bagi diri sendiri dan juga orang lain. Merendahkan manusia lain, kita akan menjadi orang sombong, ita rugi orang lain dirugikan. Merendahkan diri di hadapan orang sombong, akan menjadikan si sombong menjadi sombong dan diri menjadi tertindas, tetap rugi. Manusia memang tempatnya salah dan rugi.
googlerandom
Oh iya, ada kisah pendek nih yang ane dapetin ketika jalan2
sore...
Di waktu sore hari tadi, sepulang dari perpustakaan, ane duduk di
warung penjual es sambil memperhatikan dan mendengarkan keadaan sekitar. Tak
berapa lama lewatlah seorang pengemis dan berhenti sambil meminta-minta pada
pengunjung warung es tempat ane duduk.
(Tanpa ada sepatah kata pun, pengemis tadi langsung menengadahkan
tangannya pada setiap pengunjung)...
'Jangan diberi! nanti dia semakin ngelunjak dan ngemis melulu.'
bisik seseorang pada temannya.
'Ia, siapa juga yang mau memberi, badan masih sehat segar begitu
koq ngemis.' sahut temannya.
'Kamu ini, badan masih sehat begitu malah ngemis, bukannya kerja.
Sana pergi!' Teriak seorang tua berpakaian casual. (mungkin dia lagi bermasalah
hari ini)
Pengemis itu pun pergi tanpa sepatah kata pun sepertui saat dia datang.
Saat itu, ane tiba-tiba teringat dengan kisah Ustaz Sanusi
tentang Nasrudin Hoja. Beliau bercerita:
Ketika Nasrudin bertugas menjadi pengumpul dana untuk mendirikan
masjid, Nasrudin mendatangi rumah demi rumah untuk dimintai sumbangan. Ada yang
menyumbang banyak, adapula yang sedikit.
Keesokan harinya, Nasrudin bermaksud mendatangi petinggi wilayah
untuk dimintai sumbangan.
tek tek tek....(suara langkah Nasrudin menuju rumah petinggi
wilayah)
Sementara, sang petinggi wilayah sedang duduk tenang menatap ke
luar jendela di lantai dua rumahnya. Sedang asyik-asiknya pak petinggi wilayah
menikmati suasana, tak sengaja pak petinggi wilayah memandang Nasrudin menuju
rumahnya sambil membawa dokumen yang biasanya dibawa orang ketika akan meminta
sumbangan. Pak petinggi wilayah langsung bangun dari duduknya dan berusaha
bersembunyi. Tapi meskipun sekelebat, Nasrudin melihat pak petinggi wilayah itu
etika masih duduk di dekat jendela.
tok..tok..tok.. 'Assalamu'alaikum.'
'Wa'alaikum salam.' sahut penjaga rumah.
'Katakan pada tuanmu, Nasrudin datang mau meminta sumbangan untuk
pendirian masjid.'
'Baik tuan. Saya ke dalam dulu.'
(tak lama kemudian, sang penjaga rumah sudah kembali)
'Maaf tuan, tuan saya sedang tidak ada di rumah.'
'Kalau begitu, katakan nanti pada tuanmu, Kalau bepergian jangan
tinggalkan wajahnya di dekat jendela, karena takut nanti bisa dicuri orang
.'
.'
Nasrudin lalu pergi....
Ustadz Sanusi mengakhiri kisahnya.....
Seandainya kita memang tidak bisa memberi, janganlah menambahkan
kesalahan lain pada diri kita dengan merendahkan orang lain. Jika kita tidak
bisa memberi, katakan saja, "Maaf, saya tidak dapat memberi." itu
lebih baik daripada harus merendahkan orang atau malah berbohong. Sudahlah tak
dapat pahala karena tidak memberi, janganlah ditambah lagi dengan dosa
berbohong dan merendahkan.
Tangan di atas jauh lebih baik dari tangan di bawah, itu pepatahnya. Menjadi dermawan telah diajarkan kepada kita sejak dini, apakah setelah tiba saatnya lalu tidak dapat dipraktikkan? Meminta memang boleh, tapi jangan malah menjadi orang yang selalu meminta-minta (ngemis) apalagi dengan memaksa, seperti akan mengembalikan sendal setelah diberi 2 ribu rupiah.
Tangan di atas jauh lebih baik dari tangan di bawah, itu pepatahnya. Menjadi dermawan telah diajarkan kepada kita sejak dini, apakah setelah tiba saatnya lalu tidak dapat dipraktikkan? Meminta memang boleh, tapi jangan malah menjadi orang yang selalu meminta-minta (ngemis) apalagi dengan memaksa, seperti akan mengembalikan sendal setelah diberi 2 ribu rupiah.
Manusia memang tempatnya salah, dari itu Tuhan mengajarkan kita
untuk bertaubat. Taubat yang sebenar-benarnya taubat dan tak akan mengulanginya
(taubat nasuha). Bukan tomat, taubat lalu kumat. Bertaubat kepada Tuhan mungkin
memang gampang, tinggal menyesali dan tak mengulangi. Tapi jika tetap
mengulangi, hati-hati cap "munafik" dapat tertempel.
Namun ingat juga, bahwa Tuhan terkadang, bahkan selalu, akan menerima taubat seseorang setelah orang itu meminta maaf kepada orang yang dizhaliminya. Meminta maaf merupakan perbuatan ksatria, dan memaafkan merupakan perbuatan mulya.
Namun ingat juga, bahwa Tuhan terkadang, bahkan selalu, akan menerima taubat seseorang setelah orang itu meminta maaf kepada orang yang dizhaliminya. Meminta maaf merupakan perbuatan ksatria, dan memaafkan merupakan perbuatan mulya.
Memang tak ada manusia yang sempurna, tapi
bukan berarti harus selalu berdebu.
Kenapa memaafkan merupakan perbuatan mulya?
Jika kita memaafkan, maka pahala akan mendatangi kita, karena kita
seolah meniru sifat Tuhan yang mana diantaranya adalah PEMAAF....
Jika kita tidak memaafkan, berarti kita telah bersikap sombong,
padahal hanya Tuhan lah yang boleh sombong, sedangkan Tuhan sendiri selalu bisa
memaafkan.
Dari itu, karena manusia merupakan tempatnya salah, mari kita
senantiasa menjaga diri, lisan dan hati agar tidak semakin menambahkan
kesalahan. Mari kita juga selalu memohon maaf ketika salah, dan memaafkan
ketika benar. Dan juga marilah selalu bertaubat pada Yang Kuasa.
ingat mati, ingat sakit
ingatlah saat kau sulit
ingat ingat hidup cuma satu kali
ingatlah saat kau sulit
ingat ingat hidup cuma satu kali
berapa dosa kau buat
berapa kali maksiat
ingat ingat sobat ingatlah akhirat
berapa kali maksiat
ingat ingat sobat ingatlah akhirat
cepat ucap astafighrullahal’adzim
pandanglah ke sana
lihat yang di sana
mereka yang terbaring di tanah
bukankah mereka
pernah hidup juga
kita pun kan menyusul mereka
lihat yang di sana
mereka yang terbaring di tanah
bukankah mereka
pernah hidup juga
kita pun kan menyusul mereka
astafighrullahal’adzim
(lirik lagu Wali - Tomat)
Benar sekali, manusia tempatnya salah :)
BalasHapussekaligus pelaku untuk meminta maaf... :D
Hapus