Sabtu pagi yang indah ini gue bakalan
pulang ke Sanggau tepatnya di daerah Tayan, Pulau Tayan. Iya, P.U.L.A.U karena
daratannya terletak ditengah sungai Kapuas, nggak tengah amat sih agak
kepinggiran dikit.
Pukul 07.32 gue udah berada di dalam bis
yang akan membawa gue pulang ke Tayan. Di Pontianak gue hanya bentar karena
cuma ngurusin registrasi buat kuliah doank. Alhamdulillah ya ternyata gue udah
memasuki bangku kuliah. Kenangan-kenangan masa sekolah tentu sangat gue rinduin
entar nih.
Jurusan yang gue masukin di bangku
perkuliahan adalah Teknik Arsitektur. Kenapa gue milih jurusan ini? Nggak ada
kenapa-napanya sih, hanya kebetulan saja keterima di jurusan itu. Ketika
ngedaftar di universitas kan pilihannya ada dua, yang pertama gue pilih MIPA
Fisika. Gue milih fisika karena sejak eSeMPe gue dah jatuh cinta sama pelajaran
itu, selain karena suka, gue milihnya karena itu anjuran dari guru-guru gue,
temen-temen gue, juga sepupu-sepupu gue. Tapi kata keluarga gue yang ada di
Pontianak, kalo mau MIPA Fisika jangan
di Universitas yang ada di Pontianak, kurang bagus katanya. Ya sudah gue milih
yang di luar provinsi saja yang ternyata kagak keterima. T.T.....
Yang kedua gue milih Arsitektur,
alasannya..., nggak beralasan sih sebenarnya, hanya saja ketika melihat daftar
jurusan yang ada mata gue selalu mengarah pada arsitektur. Berkali-kali gue
ngebalik lembar daftar jurusan, tetap saja mata gue tertuju pada arsitektur.
Dalam hati gue merasa, dalam kepala gue berfikir, mungkinkah arsitektur
merupakan jurusan yang dipilihkan Tuhan buat gue???
Dengan keyakinan tinggi gue mengambil koin
100 rupiah lama dalam dompet gue, dalam hati gue bertekad, jika yang keluar
gambar rumah gue bakalan ngambil arsitek dan jika angka gue bakal milih yang
lain. Koin yang ada di tangan gue, gue lempar ke udara, gue tangkap dan
terpampang dengan jelas di mata gue angka 100 rupiah. Dalam hati yang mulai
pusing memilih jurusan, gue termenung. Dalam ketermenungan itu gue dikagetkan
suara telepon dan koin yang ada di tangan gue terlemper ke atas, mengenai
plafon rumah terpantul mengenai pintu dan tergeletak di lantai dekat jendela
dengan gambar rumah menghadap ke atas.
Gue lihat layar hape yang ngagetin ane
tadi. Ternyata esemes dari ibu gue yang nanyain kabar, setelah gue balas gue
langsung mengambil koin yang terlempar tadi dan dengan percaya diri gue
menuliskan kode jurusan Teknik arsitektur di formulir pendaftaran gue. Setelah
pengumuman sudah diumumkan kesemua orang umum yang umumnya membaca pengumuman
melaui koran. Gue dinyatakan lulus di jurusan Teknik Arsitektur.
Bis sudah mulai berjalan ketika semua
ingatan gue saat memilih jurusan dan saat gue membaca pengumuman sudah menggariskan senyum di bibir gue. Cara
memilih jurusan yang aneh....!!!
Bis yang gue tumpangi sampai di terminal
Tayan sekitar pukul 10.00 pagi. Suasana terminal saat itu masih ramai dengan
orang berjualan. Gue langsung turun dari bis dan menyeberang menggunakan sampan
menuju Pulau Tayan.
Sesampainya di rumah, gue langsung
meletakkan barang bawaan dan pergi ke pasar menemui ibu ane, yah sambil-sambil
bantu jualan.
“Kapan
datangnya Dam?” tanya ibu gue.
“Barusan.”
“Eh Dam,
mumpung belum ramai pembeli, kita nonton penjual sambil sulap itu yok. Ramai
banget tuh yang nonton.” Ajak abang sepupu gue.
Gue
mengangguk saja pertanda menyetujui.
Orang
jualan sekarang aneh-aneh. Demi menarik perhatian pembeli, berbagai macam cara
dipakai, apalagi kalo yang dijual adalah barang mistis dan obat-obatan. Iya, obat-obatan, karena kalo obat beneran
pasti ada dijual di apotek.
Sambil
menawarkan obat, penjual itu mengeluarkan sebuah batu bulat yang cukup besar
dan berkata,
”batu
ini nanti akan berubah menjadi telur, telur akan menetas menjadi ayam.”
Tapi,
sampai pengunjung bertambah dan berganti orang, tetap saja tuh batu nggak
berubah-berubah. Penjual ini sama saja kayak penjual obat yang dulu pernah
jualan juga di situ. Dia jualan bedak mistis yang katanya dipakai oleh artis
terkenal. Bedak itu dapat membuat orang menjadi cakep dan memdatangkan rezeki
yang berlimpah. Padahal kalo itu benar, dia pasti nggak akan jualan obat.
Pernah
ada juga penjual yang menjual barang mistik dan langka, dari berbagai jenis,
mulai dari keris sampai pakaian artis. Di salah satu susunan barang yang
dijual, gue ngelihatin ada tengkorak. Gue tanya ama penjualnya,
“Mas..Mas..itu
tengkorak apa ya?”
“Ooohh..itu
tengkorak Patih Gadjah Mada, tentu adik tahu kan, tengkoraknya belum ditemukan.
Terang saja, karena tengkoraknya dimiliki oleh keluarga saya.” Jawab penjual
itu.
“Emmm...tapi
koq ukurannya kecil mas?”
“Ooohh..itu
tengkoraknya Gadjah Mada ketika masih kecil..iya..iya..”
Tengkoraknya
ketika masih kecil, memangnya Gadjah Mada makhluk apa yang berganti-ganti
tengkorak. Tapi begitulah cara penjual menarik perhatian, apapun dilakukannya.
Andai gue tau hari esok
Andai gue tau akibat dari pilihan gue
Tau apa yang harus dilakuin jika itu
terjadi
Tentu gue selalu tenang
Namun, tenangnya gue akan mengarah pada
bangga diri
Mengarah pada durhakaan
Mengarah pada pembelokan menjauh dari
pemberi tenang
Mungkin gue ga harus tau hari esok
Agar gue selalu mengharap dan bergantung
pada
Yang Membuat takdir dan memberi tenang
(Bersambung....)
0 Comments:
--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~