Assalamu'alaikum....
Nah, ketika ane nongkrongin WC TV di siang tadi, ane dihadiahin suguhan iklan yang cukup menarik. Iklan Kopi. Di iklan tersebut diceritakan ada orang yang keliatan sebel dan emosi trus disuguhi kopi ama orang warungnya. Trus, orang warungnya ngasi petuah bijak, "Hidup itu seperti minum kopi tubruk, jika buru-buru diminum, PAHIT, tunggulah sampai ampasnya turun." Manteeppp....
Kalo kita perhatikan (siapa??? siapa kek gitu, yang penting perhatikan), tak jarang kita menggerutu dan menyesali keadaan. Begitu banyak segi kehidupan yang membuat kita merasa tidak puas dan akhirnya melupakan pemberian Allah yang sangat berharga, yaitu kehidupan itu sendiri. Ngomongin soal kopi, ane jadi keinget ama lebaran. Lho???? waktu lebaran disuguhi kopi soalnya. hehehee..
Silaturahim saat lebaran itu memang asiknya rame-rame, apalagi kalo sama-sama senior ato kakak tingkat yang sudah menjadi orang terpandang. (Maklum dulu gelap kali, jadi baru terpandang....sstttt..). Jadinya kita bisa belajar banyak tentang hidup, tepatnya, belajar tentang kehidupan orang sehingga menjadi orang sukses di mata masyarakat.
Ketika bersilaturahim ke rumah para pengajar kami, datanglah para alumni tempat kami belajar/menuntut ilmu sekarang yang sudah bekerja dan mapan dalam karir. Ketika mereka sudah duduk di posisi masing-masing, mereka membicarakan banyak hal yang menyangkut pekerjaan dan akhirnya mereka masing-masing mengungkapkan keluhan serta protes terhadap pekerjaan maupun kehidupan mereka.
Sang profesor (pengajar kami/mahaguru) lalu ke dapur dan membawa seteko kopi panas. Di sebuah nampan ia membawa bermacam-macam cangkir. Ada yg terbuat dari kaca, kristal, melamin, beling dan plastik. Beberapa cangkir nampak indah dan mahal, tetapi ada juga yg bentuknya biasa2 saja dan terbuat dari bahan yang murah. “Silahkan masing2 mengambil kopi dan menungkannya sendiri.” Sang profesor mempersilahkan.
Setelah masing-masing memegang cangkir berisi kopi, profesor kami berkata “Perhatikanlah semua, bahwa kalian memilih cangkir2 yang bagus dan yg kini tertinggal hanya cangkir-cangkir yang murah dan tidak begitu menarik. Memilih yang terbaik adalah normal. Tetapi sebenarnya di situlah letak persoalannya. Ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus, perasaan kalian menjadi terganggu. Kalian mulai melihat cangkir yang di pegang oleh orang lain dan membandingkannya dengan cangkir yang kalian pegang. Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yang ingin kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya.”
Sesungguhnya kopi itu adalah kehidupan kita sedangkan cangkir adalah pekerjaan, jabatan, uang dan posisi yang kita miliki. Jangan pernah membiarkan cangkir yang merupakan wadah dari kopi tersebut mempengaruhi kopi yang ingin kita nikmati. Pekerjaan, jabatan dan status kita di dalam pekerjaan atau di masyarakat hanya merupakan “wadah” yang seharusnya tidak mempengaruhi kualitas kehidupan kita. Orang boleh saja menaruh kopi di dalam cangkir kristal yang mahal dan indah, tetapi belum tentu mereka dapat merasakan nikmat dari kopi tersebut. Artinya, ada sebagian orang yang menurut penglihatan jasmaniah kita begitu beruntung dan berbahagia, tetapi belum tentu mereka dapat menikmati indahnya karunia kehidupan yang di berikan Allah.
Mari kita belajar menghargai dan mensyukuri hidup ini bagaimanapun cara Allah “mengemas”nya untuk masing-masing kita. Yang penting bagaimana kita menyikapi anugrah dan mengisinya dengan hal-hal yang bener dan positif. Setuju ga???
Terakhir, Kopi...Kopi apa yang membuat hati dan pikiran menjadi senang?????
Udah......
Nyerah.....
Kopikir-pikir pun, tetap memandang dan membayangkan Hawadis lah yang bikin senang.
Hehehehehe.....(Gariiiiinnnnggggggg........!!!!!!)
Kalo ga garing, ga akan jadi kopi kaleeeee.......
0 Comments:
--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~