“Gimana kalo sehabis pulang sekolah saja.”, Sheri mengusulkan.
“Kalo sehabis sekolah kan kelas ini kosong, tambah lagi suasana
sepi dan horor kelas ini juga mendukung.” Lanjutnya.
Mereka berlima, Sheri, Feby, Rossa, Rita, dan Shasa telah lama
ingin melakukan ritual pemujaan, bukan, bukan pemujaan tapi pemanggilan
arwah atau makhluk halus. Mereka ingin membuktikan dengan mata kepala mereka
masing-masing bahwa makhluk halus itu ada dan dapat dipanggil. Seperti seorang
banci yang awal keberadaannya dipertanyakan, namun setelah diadakan
penyelidikan dan pemanggilan ‘Hai ciiiinnnnnn......yuk mariii...’ ternyata
banci itu beneran ada.
Nah dari itu, mereka ingin membuktikan juga bahwa makhluk halus
itu ada dan bisa juga dipanggil. ‘Hai setaaaannnnn.....’ tentu panggilan begitu
ga mungkin berlaku. Setelah menyaksikan banyak film horor, buku horor, muka
manusia horor, rumah horor, dan celana horor, mereka menemukan cara yang cukup
membuat mereka tertarik dan asyik, bagi mereka tentunya.
Kalo di film 13 Cara Memanggil Hantu, bisa dilihat berbagai cara
yang dapat diterapkan. Namun mereka telah menetapkan satu cara terkenal
memanggil hantu yang keakuratannya 99,9% berhasil. Jelangkung. Mereka berlima
telah melakukan kesepakatan untuk memanggil hantu menggunakan jelangkung.
Sebelumnya gue kenalin dulu masing-masing dari mereka.
Sheri, cewek ini sejak esempe memang penggemar banget ama yang
namanya film horor. Tiap ada film horor si Sheri ini bisa dijamin akan menjadi
penonton setianya. Mungkin kalo pemeran atau mungkin hantu sungguhan yang
menyamar menjadi pemeran hantu di film, muncul di hadapan Sheri, bisa
dipastikan tuh hantu bakalan dipeluk-peluk, dielus-elus, dicium-cium, dan
setelah sadar bahwa itu hantu beneran, barulah diteriak-teriakin.
Hantuuuuuuu...... dan pingsan.
Feby, cewek berkerudung satu ini memang aneh. Sejatinya dia Phobia
banget ama yang namanya hantu, dedemit, jin, kuntilanak, gondoruwo, atau
apalah. Tapi setelah berteman dengan si Sheri, phobianya sedikit berkurang.
Ternyata Sheri pengaruhnya kuat banget. Dan kini Feby hanya phobia ama hantu,
dedemit, jin, kuntilanak, gondoruwo. Lho???. Iya, yang sedikit berkurang itu
adalah ‘apalah’, dia ga takut lagi ama yang namaya apalah.
Namun perlu diketahui, Feby ini punya kepribadian yang lugu dan
baik yang menjadi panutan. Awalnya dia ga pake kerudung dan rok, bisanya dia
berpenampilan lazimnya cewek gaul yang memakai celana. Dan penampilan
temen-temen sekelas dan sekolahnya juga sama. Tapi semenjak dia merubah
penampilannya, memakai kerudung dan rok dalam keseharian maupun sekolah.
Orang-orang di sekitarnya juga mulai merubah penampilan, temen-temennya juga
mulai banyak yang berkerudung, Desi, Tati, Yuli, dan beberapa cewek lain juga
mengikuti penampilannya.
Bahkan karena terinspirasi dari penampilannya itu, ada tetangganya
yang berazam akan memakai rok setiap keluar rumah. Yang perlu diketahui,
tetangganya itu keluar hanya ketika malam hari saja dan namanya
‘Bambang’. Awalnya Bambang ini keluar dengan bercelana, tapi kurang praktis
katanya. Setelah melihat penampilan Feby yang elegan dengan rok, Bambang
memutuskan memakai rok setiap keluar rumah tiap malamnya. *Jangan tanyakan apa
yang dikerjakannya tiap malam, gue juga ga tau.*
Rossa, cewek supel ini memiliki kebiasaan yang menakutkan. Mungkin
bawaan dari hobinya yang sepaham dengan Sheri, nonton film horor. Kebiasaannya
itu selalu menatap orang lain dengan penuh misteri dan tanda tanya besar di
mukanya. Banyak yang sudah jadi korban tatapannya itu. Meskipun dia ga make
mantra selayaknya sang ilusionis maupun mentalis seperti di film magic, tapi
tatapannya itu mampu membuat orang lain ga tidur semalaman. Ada yang ga bisa
tidur karena terus memikirkan arti tatapannya. Ada yang ga bisa tidur karena
yakin si Rossa ini naksir ama dia. Ada yang ga bisa tidur karena takut Rossa
akan membunuhnya. Dan ada yang ga bisa tidur karena pengen nonton bola. *Apa
hubungannya???*
Yang unik dari Rossa adalah dia tidak malu mengatakan pendapat dan
perasaannya walau itu akan terlihat bodoh. Seperti saat dia terdengar ga
temenan lagi ama Tina.
*Rekayasa dialog*
Feby : Sa, gue denger elo ga temenan lagi ya ama Tina, kenapa?
Rossa : Iya lah. Coba lo pikir, mau ga elo temenan ama orang yang
suka nyontek, malas mandi, suka bo’ong dan selalu usil?
Feby : Kalo itu sih, gue juga ga mau.
Rossa : Nah....Itu. Tina juga ga mau.
Feby : #%$@$^&*&^%
Rita, cewek yang terlihat judes dan tomboy. Beda ama temen-temen
ceweknya yang lain yang suka dandan, Rita malah suka maen bola. Hehe, kayak
Ronaldowati saja. Tapi ini beneran, kalo elo nanya ke cewek tentang cowok
impian dan pujaannya, rata-rata cewek akan ngejawab artis tampan atau anak
band. Shahruk Khan. Khritik Rosan. Dimas Anggara. Anjasmara. Ari Wibowo. Pasha
ungu. Ariel Peter pan. Bams Samson. Ryan D’Masiv. Dan siapa kek. Tapi kalo elo
nanya ke Rita tentang cowok favoritnya, seketika akan dia jawab,Messi, Owen,
Drogba, Kaka, pemain bola. Dan mungkin temen-temennya yang cewek akan langsung
nelen ludah pertanda bingung.*glek..*.
Face yang dimiliki Rita memang ga jelek, terbilang cantik. Tapi
yang sering dipermasalahkan orang sekitarnya adalah tatapan matanya yang
menyayat dalam dan senyuman yang sehabis gelap terbitlah terang namun gelapnya
lebiiiihhh lama itu yang bikin merinding. Padahal kalo dia tersenyum, bahkan
gelap tak berani nginjek di mukanya. Namun begitulah dia, cewek tomboy
misterius dengan tatapan yang kadang, bukan kadang, tapi selalu membuat anak
kecil menangis. Tak ada yang tau arti tatapannya, karena sangat dalam. Mungkin
harus ditelusuri kedalamannya agar terungkap. Namun dipastikan dia itu baik
banget, buktinya temen-temennya baik. Orang baik kan selalu berteman dengan
yang baik-baik. Gue harap suatu saat sejarah di balik tatapannya dapat gue
artikan.
Terakhir, Shasa cewek imut yang kecil-kecil microphone boyband.
Memang kecil tapi suaranya nyaring banget. Aktif dan memiliki kritikan yang
pedas banget. Mungkin entar kalo udah gede cocok jadi politisi.
*Shasa, Shasa, Shasa....besok gede, mau jadi apa. Aku mau jadi
peeereman, mau mukulin yang nulis cerita ini ampe babak belur, cause telah
nulis biografi gue jadi ga banget gini. *
Shasa sih ga phobia ama yang namanya hantu, karena hantunya yang
phobia ama Shasa. Mungkin suaranya itu yang bikin hantu pada keder. Sebelumnya,
saat esempe, Shasa emang pernah ngikutin uji nyali di sekolahnya. Berani banget
nih cewek.
Ketika udah giliran Shasa uji nyali, di malem sebelumnya
temen-temennya pada nyerah semua padahal belum nyampe satu jam, saat Shasa udah
melangkah menuju ruangan uji nyali sendirian sambil membawa lilin, Shasa
mendengar suara yang aneh. Dan seketika dengan refleknya dia berteriak yang
sontak membuat panitia dan peserta lain jadi ciut nyali. Tapi Shasa kemudian
berteriak lagi sebagai pertanda dia ga apa-apa dan mau lanjut. Konon, di alam
lain sana, di tempat uji nyali yang sama, semakhluk Gondoruwo melambaikan
tangannya ke kamera pertanda nyerah ga mampu nakutin Shasa. Busyet.... Tapi
seperti temennya yang lain, dia juga baik. Gue pernah dikasih teh anget pas
pramuka ambalan saat kami kehabisan makanan. Microphone emang kecil dan
nyaring, tapi tetap saja sangat diperlukan keberadaannya. Mirip ama Shasa,
sangat diperlukan.
Okeh, cukup lah biografi singkat mereka. Kembali ke cerita awal.
Setelah pelajaran terakhir usai, mereka berlima ga terburu-buru
pulang seperti biasanya. Mereka terlihat santai dan melirik kesana-kemari,
tentu bukan mencari alamat palsu melainkan mempelajari situasi. Shasa dan Feby
duduk bersebelahan sambil membicarakan hal yang ga penting seperti siapa
presiden kita sekarang, rumah kebakaran, pamannya yang sakit jantung, ah ga
penting termasuk apakah Hawadis itu tampan, eh...yang ini penting. *ih maksa*
Rossa dan Sheri memantau semua penjuru sekolah untuk memastikan ga
ada lagi siswa yang tertinggal di sekolah. *kayak belanjaan saja pake
tertinggal.* Kunci setiap ruangan kelas memang oleh pengurus sekolah
dipercayakan pada organisasi kelas dan beruntungnya, benar satu di antara
mereka ada yang memegang kunci kelas.
*Trus Rita dimana?* seperti kemisteriusannya, dia hanya duduk
misterius ga beranjak dari duduknya dengan berbagai pemikiran, antaranya
“Gue yakin banget kalo Hawadis itu tampan.*hihihi*. Tapi apa gue
pernah yakin ya...???, pikirnya. *T.T .... dalem banget ini*
Setelah mereka memastikan ga ada lagi orang selain mereka di
sekolah itu, mereka mulai menyiapkan perlengkapan ritualnya. Mereka memang ga
buat boneka jelangkung seperti di tipi-tipi, tapi mereka menyiasatinya dengan
betang korek api yang disusun dan diiket demikian rupa ditambah benda lain
sehingga bisa menyerupai boneka jelangkung.
“Eh, tunggu pintunya belum ditutup, entar kalo ada yang lewat
gimana?” tanya Rita.
“Iya ya, udah... kunci aja dulu kali ya...” usul Sheri.
“Iya, udah... nih dah gue kunci.”, ucap Feby sambil mengunci pintu
kelas dan memasukkan kunci tersebut ke dalam kantong roknya.
Kelas Xa, adalah kelas mereka. Kelas itu terletak paling ujung
dari sekolah dan paling dekat dengan hutan. Di samping kelas itu terdapat pohon
mangga yang besar juga pohon lain yang juga besar dan menaungi kelas mereka.
Jadi meski pun matahari dengan pede-nya mejeng ditengah hari, kelas mereka
tetap adem dan cenderung gelap. Tak jauh di samping kelas Xa terdapat wc tua,
walau ga tua-tua amat, tapi penampilan fisik dan aromanya dapat menjadi bukti
bahwa wc tersebut tua dan tentu suasananya horor banget, walau ga sehoror wc di
film air terjun pengantin.
Setelah jelangkung selesai, kertas coretan dah disiapkan.*kok jadi
kayak ujian* Mereka mulai melakukan ritual yang pertama. Pembacaan mantra oleh
peserta pemanggil jelangkung.
Bersama-sama mereka berlima mendendangkan, eh membaitkan,
menyuarakan tulisan yang udah mereka siapin sebelumnya,
“Jelangkung jelangset, di sini ada pesta. Datang datang sendiri
karena ga ada yang jemput. Kalo balik balik sendiri, ga ada yang mau nganter.”
Berkali-kali mereka membaca mantra tersebut, namun tetap tak
terjadi apa-apa. Mungkin karena siang hari kali ya. Tapi apa iya hantu takut
terang???
“Mungkin kurang penghayatan kali, makanya ga berhasil.” Ujar
Rossa.
Dan kini dengan penuh pengharapan dan penghayatan dan permohonan
pada Tuhan Yang Maha Esa mereka membaca mantra lagi yang sebelumnya telah
diawali doa mulai belajar sebagi tanda penghayatan.
“Bismillah....”, sayup terdengar dari mulut Feby.
Jangan banyak tanya, jangan banyak bingung. Gue juga ga tau itu
acara apah, yang jelas itu acara milik mereka dan tentu donk acara akan lebih
afdol kalo dibuka dengan doa.
Setelah membaca mantra beberapa kali lagi, mereka merasakan ada
aura yang aneh. Tiba-tiba merinding menjalar di sekujur badan. Angin sepoi
berhembus kencang. Menusuk tulang di badan. Sedikit, perlahan tapi pasti
jelangkung mereka bergerak memutar dan berdiri.
Melihat itu, Feby yang phobia banget ama yang horor-horor langsung
teriak sambil berlari.
“Nggak..nggak...gue mau keluar dari sini, gue mau keluar dari
sini....” Feby langsung menuju pintu kelas, diputar-putarnya gagang pintu
tersebut, tapi pintu tetap ga kebuka.
“Buka..buka...gue mau keluar dari sini, siapa sih yang ngunci
pintu ini, cepat buka mana kuncinya....”, teriak Feby ingin nangis memaksa
membuka pintu.
*interval*
Ucapan Feby sebelumnya,” Iya, udah... nih dah gue kunci.” ucap Feby sambil mengunci pintu kelas
dan memasukkan kunci tersebut ke dalam kantong roknya.
Melihat Feby yang ketakutan, Sheri mendekati Feby dan menenangkan
dan membujuknya bahwa ga akan terjadi apa-apa. Dengan sesenggukan Feby menuruti
perkataan Sheri dan kembali duduk.
Sesaat setelah Feby duduk, jelangkung tersebut berputar kembali
dan berhenti lagi dengan tiba-tiba. Di tengah ketenangan dan sesenggukan Feby,
terdengar suara yang entah dari mana.
“haaaaa.....hhhhh....” persis seperti suara-suara yang ada di
acara Dunia Lain.
Mendengar itu, semua saling bertatapan, dan......
“Aaaaaaa........”, tiba-tiba saja Shasa berteriak histeris.
Dan......
Jelangkung yang sebelumnya berdiri seimbang dengan tumpuan satu
batang korek api, langsung roboh. Suara itu pun tak terdengar lagi. Mereka lelu
membaca mantra lagi, namun tak terjadi apa-apa. Membaca lagi, tak terjadi
apa-apa. Lagi, namun tetap tak terjadi apa-apa. Dan benar kata Sheri, “Tak akan
terjadi apa-apa.”
*analisis*
Kemungkinan, makhluk halus yang masuk ke jelangkung tadi tiba-tiba
meninggalkan jelangkung tanpa melambaikan tangan ke kamera terlebih dahulu
karena mendengar jeritan Shasa. Memang Shasa, kecil-kecil microphone, nyaring
banget. Hantu aja lari...
Dan setelah kejadian itu........ terserah mereka mau ngapain, gue
Cuma tau sampe situ saja.
NB: Cerita tersebut hanya fiktif belaka, kesamaan nama, sifat, dan
kejadian adalah tanpa unsur kesengajaan. Semuanya hanya rekayasa. Termasuk NB
ini, hanya rekayasa, padahal ceritanya beneran.hehehehehe..........
(Maaf ya.....kita kan temen..pissss..)
0 Comments:
--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~