Menjadi seorang pastor memang keinginannya sejak dulu. Dengan
menjadi pastor dia merasa dirinya akan sangat berguna bagi orang lain karena
dapat membantu orang lain menghadapi kehidupan yang berat.
Entah mengapa dia lebih
memilih menjadi pastor ketika dirinya ingin bermanfaat bagi orang lain, padahal
jika menjadi dokter dirinya juga akan bermanfaat. Tambah lagi, dengan menjadi
dokter akan membuat dirinya nyaman mengunjungi orang lain dengan mobil yang
cukup mewah.
Namun itu tak pernah menjadi keluhannya, karena dengan menjadi pastor dirinya seolah memperoleh kebahagiaan yang teramat sangat. Ketika memberi hembusan semangat hidup bagi pasien rumah sakit yang tidak bisa tidur karena menahan beban hidup yang berat, ia sangat merasa senang. Melihat nasihatnya bisa membuat orang lain menjadi tenang, dirinya seolah menjdi orang yang sangat berguna.
Namun, akhir-akhir ini dirinya jarang memberikan nasihat-nasihat semangat hidup bagi orang lain, karena tak pernah ada lagi yang menghubunginya untuk meminta petuah-petuahnya. Sering dirinya duduk lama di samping telepon rumahnya dengan harapan ada jemaat yang menelepon memerlukan bantuan. Dirinya pernah berpikir, ‘apa salah mengharapkan dirinya menjadi berguna?’ ‘apa salah jika mengharapkan jemaatnya memperoleh penyakit atau permasalahan hidup sehingga dirinya dibutuhkan?’
Suatu hari telepon yang dinantinya berdering. Seorang jemaat yang terserang penyakit bell’s palsy meneleponnya. Penyakit tersebut membuat mulut orang itu mencong dan separuh wajahnya mati rasa. Selama tiga hari sang pastor menemani jemaat ini dalam pembaringannya. Keadaannya semakin memulih, semangat hidupnya tetap berkobar. Dalam tidurnya, jemaat tersebut terlihat bahagia. Sungguh kebahagiaan yang sangat luar biasa dirasakan oleh sang pastor, kebahagiaan karena dirinya memang sangat dibutuhkan.
Tak jauh dari rumah sang pastor, terdapat sebuah yayasan sukarela pemadam kebakaran. Setiap anggotanya sangat bersemangat menjalankan yayasan ini, karena mereka yakin mereka akan sangat berguna. Setiap jam tiga sore mereka latihan menghidupkan sirine, dan dengan sigap semua anggotanya berdatangan. Tapi lama-kelamaan mereka mulai jenuh dan putus asa, karena kebakaran yang sebenarnya tak pernah terjadi.
Melihat mereka yang mulai putus asa sang pastor merasakan keibaan. Perasaan sama yang ingin berguna bagi orang lain menjadikan pastor tersebut sangat mengerti akan keinginan anggota yayasan pemadam kebakaran tersebut. Dengan kebijakannya, dengan senyumnya, dan dengan api di tangannya, pastor tersebut membakar ruko miliknya ketika dia yakin tak ada orang lain yang berada di kediamannya yang dekat dengan ruko milik pastor tersebut.
Siang itu, banyak yang
mengucapkan terima kasih dan banyak yang merasakan lelah mencicipi nikmatnya
kebergunaan. Polisi merasa berguna dengan memblok jalan-jalan di sekitar
kebakaran. Wartawan merasa berguna dengan membuat liputan dan artikel mengenai
kebakaran. Pasukan pemadam kebakaran merasa berguna ketika harus melumpuhkan
api-api yang nyata. Pemilik jasa asuransi merasa berguna dengan memberikan dana
klaim ganti rugi. Dan pastor juga pendeta merasa berguna ketika menjenguk
jemaat yang rumahnya ikut terbakar dan menasihatinya, serta mengucap syukur
karena tidak terdapat korban.
Kala itu semua merasa
lelah, namun bahagia karena nikmatnya kebergunaan dirinya. Karena memang setiap
orang ingin berarti di mata orang lain. Hari itu, meski api telah membakar
bagian kota, namun hari itu menjadi hari yang baik bagi kota karena membuat
setiap orang merasa berguna.
0 Comments:
--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~