Assalamu’alaikum...
Sebelumnya saya ucapkan semoga warga yang terkena dampak letusan gunung Kelud diberi ketabahan, kekuatan untuk bertahan serta diberikan makanan dan kebutuhan lain yang diperlukan. Karena letusan gunung tersebut, mulailah beredar isu-isu dibalik letusan gunung.
‘itu azab’
‘itu ujian’
‘itu teguran’
‘itu larangan valentine’.
Oke, saya percaya semua hal yang terjadi di dunia ini merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Saya percaya. Namun jika bencana alam yang terjadi selalu dikaitkan dengan dosa makhluk, dosa apa yang dibuat oleh dinosaurus dulu sehingga bencana menimpa mereka?
LetusanGunungItuSiklusAlam
Oke, kalo kalian tidak sependapat, ga apa-apa. Sekarang kita pikir lagi, ingat kisah nabi Luth? Nabi Nuh? Dimana pada kehidupan mereka azab Tuhan terjadi. Ingat, azab Tuhan juga memandang orang-orang mulya dan baik sehingga ga sembarangan mengazab. Saya yakin, masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah itu ga semuanya ingkar kepada Tuhan dan ga semuanya juga ngerayakan valentine *jika kalian kira ini karena valentine*. Masa iya Tuhan mau mengazab rata semua hambanya?
Saya orangnya percaya terhadap siklus dan ilmu niten (memperhatikan). Jika kita percaya azab itu turun kepada makhluk karena kemaksiatan, seharusnya setiap ada maksiat maka akan selalu ada azab. Sama seperti ketika kita berbuat jahat dapat dosa dan berbuat baik dapat pahala. Tapi nyatanya, gunung Kelud ga setiap hari meletus, padahal pelaku kemaksiatan setiap hari selalu ditemukan.
Kalo kita melihat timeline sejarah Indonesia, gunung Kelud sudah beberapa kali meletus. Artinya, ini merupakan siklus kejadian alam, seperti gempa, banjir atau longsor yang terjadi karena pola siklus tertentu. Banjir terjadi karena sungai tidak mampu menampung air. Gempa terjadi karena pergesekan lempeng bumi. Longsor terjadi, karena akar pohon yang menahan tanah berkurang. Berarti, letusan terjadi juga pasti karena ada sebab siklus alam *saya bilang begini karena penyebab pastinya saya tidak tau*. Makanya tugas kita (khalifah bumi) adalah mempelajari pola alam tersebut, mempelajari kejadian terjadinya, mempelajari penyebabnya dan mempelajari cara menanggulanginya. Bukan mengumpat sesama, menyalahkan manusia, bahkan menyindir Yang Maha Kuasa. *merenung*
Kalo kita melihat timeline sejarah Indonesia, gunung Kelud sudah beberapa kali meletus. Artinya, ini merupakan siklus kejadian alam, seperti gempa, banjir atau longsor yang terjadi karena pola siklus tertentu. Banjir terjadi karena sungai tidak mampu menampung air. Gempa terjadi karena pergesekan lempeng bumi. Longsor terjadi, karena akar pohon yang menahan tanah berkurang. Berarti, letusan terjadi juga pasti karena ada sebab siklus alam *saya bilang begini karena penyebab pastinya saya tidak tau*. Makanya tugas kita (khalifah bumi) adalah mempelajari pola alam tersebut, mempelajari kejadian terjadinya, mempelajari penyebabnya dan mempelajari cara menanggulanginya. Bukan mengumpat sesama, menyalahkan manusia, bahkan menyindir Yang Maha Kuasa. *merenung*
Oke, kita lepas dulu sejenak tentang gunung Kelud. Saperti target saya di tahun 2014, saya sudah memberikan kado yang telah disiapkan. Kado yang isinya ga ada romantis-romantisnya sama sekali tapi berharap keajaiban romantis. #tai kucing pengganti cokelat. Yang perlu kalian ketahui terlebih dahulu, kado itu saya berikan tidak hanya kepada gebetan, tapi kepada semua teman-teman tongkrongan. Kenapa demikian? Karena saya ga tau yang mana yang akan saya gebet, jadi ya udah saya berikan rata saja sama semua. Jadi ntar yang komentarnya ‘manis’ itu yang bakal saya gebet.
‘Valentinan juga dong?’
Terserah, kalian yang menentukan. Yang perlu diingat, dimana-mana, valentine itu cewek yang ngasi cokelat bukan yang cowok. Kalo cowok yang ngasih, itu namanya White Day, perayaannya masih sebulan lagi. Karena saya cowok dan saya yang ngasih kado seharusnya ini bukan tindakan valentine, terlebih lagi kadonya isinya ‘itu’. Kebetulan saja harinya tanggal 14 Februari.
Ketika teman-teman sudah pada berkumpul dan kelihatannya ada yang tukeran kado, saya datang membawa oleh-oleh harapan kebahagiaan. Saya bagikan satu-satu. Oh iya, ide ini saya rencanakan berdua dengan teman saya, jadi kalo ada apa-apa, kami bakal menanggungnya berdua. Sehidup, semati. *so sweet*
Dan, setelah semua telah mendapatkan kadonya masing-masing. Saya persilahkan membuka dan mencicipinya. *semua, ingat ga hanya kekasih* Kemudian.... ..... .... .... ..... ..... .... ....
...... ...... ....... ...... ...... ...... ..... ..... ...... ...... ...... ..... ..... .... hening.
Saya belajar satu hal, kalo ngasih kado yang isinya tai kucing, kita juga harus siap mendapatkan kado yang sama. *salah saya karena tahun lalu berkoar-koar tentang kado tahun ini*. Ternyata, teman-teman yang lain sudah pada tau isi kado tersebut. Sesaat setelah mereka membuka kado, mereka saling lempar-lemparan isi kado. *Kamfret*. Kurang lebih lima menit benda menjijikkan itu berterbangan dan hinggap dari satu badan ke badan yang lain dan menyebabkan bau asam isi kado bercampur dengan keringat. *udah, ga usah dibayangin gimana baunya*
Tapi saya belajar satu hal lagi, manis itu tidak harus dirasakan dengan lidah, karena kelelahan akibat tertawa dan berlari bersama, juga menghasilkan rasa yang sama. Iya, kami bersenang-senang sore ini. Biar pun badan bau, biarpun napas tersengal-sengal dan bercampur bau, walaupun kaki pegal berlari dan juga bau, walaupun baju kotor ditambah lagi bau, kami menikmati 14 Februari ini sebagai hari paling bau yang manis. Sepertinya ide tai kucing ini tidak sesuai dengan harapan, tapi tai kucing ini berhasil menciptakan kenangan. Dan saya tetap tidak tau yang mana teman saya yang mau saya gebet, karena mereka semua berkomentar ‘manis’ “seru ya kado dari kamu”.
#walau seru, saya ga mau lagi bikin kado begituan
Saya bersyukur juga kado tersebut tidak terasa manis oleh lidah, karena jika ada yang berkomentar manis dan kenyataannya yang berkomentar adalah teman laki-laki, maka dia harus saya gebet untuk memenuhi takdir. Saya harus jadian ama cowok? Ga mau. Ga ada yang bakalan setuju. Tapi kalo ada, boleh juga sih. Hehehehee....
Berbicara tentang hari valentine tadi, sebenarnya saya kebingungan. Bukan mau ikutan atau menentang. Tapi alasan apa yang tepat untuk dikatakan, baik kepada yang menentang maupun pada yang menjalankan. Kalo saya perhatikan orang-orang yang menentang valentine, mereka membentuk suatu perkumpulan yang menyuarakan tanggal empat belas sebagai hari menutup aurat. Mereka tidak setuju kalo tanggal 14 Februari dianggap hari kasih sayang, karena kasih sayang itu harusnya setiap hari bukan hanya satu hari saja.
‘tapi bukannya menutup aurat juga harus setiap hari bukan hanya satu hari saja?’
TapiJanganSatuHariSaja
Makanya saya kebingungan. Menjatuhkan hal lain kok diikuti menjatuhakan diri sendiri. Dan alhasil kalian tau apa yang terjadi setelah mereka menyorakkan hal demikian? Orang-orang hari ini menutup aurat mereka semua. Iya, beneran. Mereka yang tahun kemarin tidak berjilbab dan melakukan kegiatan valentine, kini mereka sudah berjilbab...... tapi tetep melakukan valentine. Katanya;
‘Ga pa pa kan, kami sudah menutup aurat kok.’
Ternyata mereka baru saja membentuk perkumpulan pegiat valentine syariah. -__-. Iya, mereka tetap saja melakukan kemesraan. Gandeng-gandengan. Cium-ciuman. Bahkan ‘tidur-tiduran’. Yang lebih saya bingungkan lagi, siapa orang yang menggagas perkataan, "Kasih sayang itu harusnya tiap hari bukan hanya tanggal 14 Februari". Saya benar-benar ingin tau. Kalo saya ketemu dengan orangnya, bakal saya labrak;
‘Lihatlah hasil perkataanmu!’
Iya lah, masa gara-gara perkataan tersebut, orang-orang yang melakukan kegiatan valentine malah bilang kayak gini;
‘Oh, jadi kalo kasih sayang itu harusnya tiap hari ya yank?’
‘Bener yank.’
‘Baiklah, gimana kalo besok kita juga mesraan lagi. Lusa juga. Gimana?'
Kamprett ga tuh. Kasih sayang mereka emang ga hanya di tanggal 14 lagi, tapi udah tiap hari. Tiap hari gandengan. Tiap hari ciuman. Dan tiap hari gituan. *Tanggung jawab ga elu?*
Makanya sekarang kalo ditanyakan tentang valentine. Saya jawab terserah. Ada yang nanya, saya jawab terserah. Nanya lagi, terserah. Ada yang nanya lagi, terserah. Kadang juga saya jawab; Bagimu agamamu, bagiku agamaku. Ada yang nanya lagi, bagimu agamamu, bagiku agamaku. Gebetan yang nanya, bagimu agamamu, bagiku kaulah segalanya :*. #hei hei hei...
Ok, intinya, terserah kalian saja. Yang melakukan silahkan. Yang nggak, silahkan. Cuma ingat pesan orang tua saja;
- Lakukan apa saja yang kalian sukai, tapi ingat kalian akan menanggung akibatnya
- Hiduplah sesuka kalian, tapi ingat kalian juga akan mati
- Dan cintai siapa pun yang kalian inginkan, tapi ingat dia akan pergi meninggalkanmu
Cukup sekian saja artikel kali ini, jika ada benarnya amalkan. Jika ada salahnya mohon tegurannya. Jika kalian mau nanyakan valentine, TERSERAH!!!!
betul gan, semacam gempa, gunung meletus itumah termasuk kejadian alam yang alami. mampir ya http://maikhakintana.blogspot.com/
BalasHapusElu temannya Liukang? ituh kintana.......
Hapusiya, gue mampir, asal sediain cabe-cabean ya....
*apasih*
*curcol ya misti?*
HapusLiu Kang itu nama aktor laga film jaman dulu.... Ada kintana, liu kang, mei sin....
iIya sih tukeran, tukar nambah.... :P
Naudzubillahhimindzalik ya Allah, kalau dipikir dan di renungkan emang suka bikin galau juga tentang masa depan di Akhirat, apakah amalan sudah cukup untuk bekal kelak, tetap menyebarkan energi positif bro!
BalasHapusGue juga seneng sama gebrakannya ust.Felix Siauw ttg 14 Februari kemaren
Yang bagi-bagi kertas kayak pamflet itu kan......
Hapuskita tidak tau cukup atau nggak supaya kita selalu nambah amalan..... kalo kita tau itu cukup, pasti kita stuck di situ.... semoga selalu dirahmati, amin....