Assalamu’alaikum...
Bagaimana malam minggunya? Masih lancar pacarannya? Saya doakan semoga cepet putus. Bukan. Bukan sirik, tapi menganjurkan agar menjadi lebih jelas. Cepat putuskan keseriusan kalian. Masa udah tiga tahun masih aja statusnya pacaran. Bangga lagi. Itu pacar, apa barang kreditan? Motor aja tiga tahun udah sah jadi milik sendiri.
Malam minggu. Kalo saya waktu kecil dulu, paling suka dengan namanya malam minggu karena esoknya libur sekolah. Jadi malamnya bisa puas-puasin main. Iya, waktu kecil saya sering main dengan teman-teman sepulang ngaji. Main petak umpet, kejar-kejaran, ‘slodor’ itu yang mainnya harus ngelewati penjaga garis dan permainan tradisional lainnya yang penting bisa dimainin malam hari, tentu ada orang tua yang ngawasi. Mainnya juga kalo nggak di depan rumah ya di pantai, maklum desa saya deket dengan pantai.
Sekarang... anak-anaknya udah jarang main di luar. Mainannya teknologi, game action kaya Point Blank. Dulu waktu saya kecil, sepulang tarawih main perang-perangan pake sarung. Anak sekarang, belum selesai tarawih saja langsung ke warnet, main Point Blank. Emang apanya yang seru? Waktu saya susul ke warnet, eh senjata Point Blanknya pake sarung. Sama.
Melihat dunia anak kecil, saat ini keberadaan mereka hanya menjadi ‘perabot’. Hanya jadi hiasan dan pajangan, dibiarkan. Dibersihkan pun hanya agar dinilai orang lain. Kalo sudah kotor, retak, bukan diperbaiki malah dibuang. Ga cukup hanya dibuang, pecahan mereka juga dijadikan alat melukai orang lain, alat untuk mengancam orang lain. Ya, agar orang lain bersimpati dan memberikan materi.
Saya mempunyai banyak teman anak kecil, mulai dari yang jual gorengan, jual es lilin, jual koran, anak TK, SD, pengemis, pengamen, ojek payung pemula sampai yang pengalaman (yang pemula dia sering ga kerja, katanya di rumahnya hujan.?). Kerena sering main dengan anak kecil, saya sering dikatain anak kecil juga. Tapi terserah saja, saya bersyukur, karena anak kecil ga akan masuk neraka. Malaikat tentu tau kalo anak kecil ga boleh main api dan ga boleh makan yang panas-panas. Aman.
Anak kecil saat ini dijadikan ATM berjalan, yang sering dipaksa bekerja. Orang tuanya sering dihujat, katanya ga bertanggung jawab. Asal kalian tau, pemaksaan dan penindasan itu terjadi kalo ada pihak yang tersakiti. Anak kecil yang kalian lihat di jalanan itu bukan dipaksa, tapi kebanyakan terpaksa, daripada ga makan, belum lagi yang ga punya orang tua. Ya udah kerja aja. Sama kayak artis cilik di tipi, mereka ga dipaksa, tapi suka.
Kalo kalian kasihan, jangan menghujat orang tua mereka, tapi bantu dengan merawat mereka, pungut mereka, pelihara mereka. Nemu kucing di jalan kalian ambil dan dipelihara, dimandiin, dikasih makan. Kok nemu anak kecil di jalan kalian jijik, apa perlu Tuhan mengubah mereka jadi kucing dulu agar kalian peduli?
Sekarang juga banyak suara yang menekankan pada keselamatan bumi. Banyak orang berteriak untuk menyelamatkan bumi. ‘Mari beri bumi terbaik untuk anak-anak kita nanti.’ Gitu katanya. Memang, kalo lingkungan rusak, tanaman berkurang drastis, spesies banyak punah, anak-anak masa depan bakal kehilangan banyak hal. Tapi apa kalian ga sadar satu hal, bumi juga perlu anak-anak terbaik. Didik anaknya juga, karena percuma kalo bumi terselamatkan tapi anak-anaknya tak terdidik dengan baik, hasilnya ya buminya pasti bakal dihancurin mereka nanti.
Temen Main di Kota
Ingat! Children See. Children Do. Anak kecil melakukan apa yang mereka lihat. Kalo di lingkungan dan sekitar mereka banyak penampilan cabe-cabe begitu, ya mereka bakal jadi biji cabe. Kalo mereka sering dengar lagu yang aneh-aneh, ya mereka bakal suka nyanyiin lagu itu. Saya punya temen anak kecil, Destia (yang pake baju merah putih di atas), keponakan teman kuliah saya, dia suka nyanyiin lagunya Justin Bieber. Ya walau pengucapannya sering salah, tapi dia hapal. Dan waktu dia masuk SD, tesnya kan ada yang disuruh nyanyi, eh dia malah nyanyi lagu ‘Baby...baby..baby noooo...’. Waktu disuruh nyanyi lagu anak-anak, dia malah nanya, ‘Ma, lagu anak-anak itu lagu apa?’. Tapi syukurlah dia masih tau lagu ‘balonku’ dan ‘lihat kebunku’.
Temen Main kalo Pulkam
Lagu anak-anak sudah ditinggalkan. Labelnya udah ga menjanjikan penghasilan. Bukan lagu anak-anaknya yang ga ada, tapi anak-anaknya yang ga mau tau lagu itu. Keseringan dengar dan nonton lagu cinta soalnya. Jadi wajar kalo anak-anak zaman sekarang tingkat ‘cintanya’ sudah berkembang pesat. Bukan cinta tentang keluarga atau teman, tapi cinta remaja. Wajar jadinya kalo ada anak SD yang janjian dan pacaran. Lingkungannya nyuruh begitu. Orang tuanya juga sering ngegodain kan, ‘Dedek, cowoknya mana?’ Ga cukup disitu, kalo dulu anaknya diajarin lagu ‘satu-satu’ ‘bintang kecil’ dengan penuh rasa cinta, sekarang malah diajarin lagu cinta, ‘Hei kenapa kamu kalo nonton dangdut sukanya bilang...buka sitik joss’ sambil memainkan tepukan tangan anaknya *eh, itu lagu cinta bukan sih*.
Pemenuhan kebutuhan anak saat ini hanya sekitaran uang jajan, kesehatan, perlengkapan, mainan dan tanpa perhatian. Saya tau, kesehatan memang penting. Vaksin, imun, vitamin, suntik polio, suntik campak, semua penting. Terutama campak, gara-gara ga disuntik campak dulu, sekarang saya sering dicampakkan. Tapi pemberian perhatian dan kasih sayang itu penting juga, orang yang kehilangan perhatian, kehilangan kasih sayang, sistem tubuhnya lebih mudah diserang.
Kita kasihan melihat orang lain, padahal Tuhan kasihan melihat kita
Mari beri perhatian lebih baik pada anak kecil. Tidak hanya tentang kebutuhan fisik mereka, tapi juga tentang jiwa mereka. Kalo kita menginginkan kedamaian tercipta, mulailah dari anak kecil. Kalo kita ingin menghancurkan dunia, mulai juga dari anak kecil. Mereka adalah penerus, apa yang akan terjadi dengan bumi kalo penerusnya minim moral, minim perhatian, minim kasih sayang, dan minim kepedulian. Sekali lagi, Children see. Children do. Kalian tidak mempedulikan anak kecil, mereka juga akan menjadi orang yang tidak peduli. Memang ada anak yang tidak dipedulikan orang tua dan warga desanya tapi menjadi orang yang berhasil dan peduli, tapi saat meninggalkan desanya, dia bertemu orang-orang yang peduli, itu yang menjadikannya peduli.
Mari rangkul anak kecil dengan perhatian dan kasih sayang, bukan dengan memancingnya menggunakan mahalnya barang. Mari rangkul mereka dengan rasa cinta, bukan menulikan telinga mereka dengan lagu cinta. Mari rangkul mereka dengan mengajarkan indahnya keragaman, bukan dengan menggosipi mereka dengan keburukan suku dan kulit hitam. Mari ajarkan mereka tentang pentingnya menghormati wanita, bukan mengajarkan menikmati wanita. Didik mereka agar menjaga diri, bukan menjadi anak yang tak berarti kalo tak dimiliki lelaki. Buat mereka tertawa sejak dini, bukan memintarkan agar bisa membodohi temannya sejak dini.
Temen waktu penelitian
Katanya anak kecil itu titipan Tuhan, tapi kok kita malah merusaknya dengan berbagai alasan? Berani banget ya kita dengan Tuhan.
anak kecil jaman sekarang kasihan, memang semua kebutuhannya terpenuhi, tapi mereka kekurangan kasih sayang dari orangtuanya, malah diserahkan pada asisten untuk merawat... hufff, miris...
BalasHapusiya, terutama wilayah perkotaan, kalo di kampung sih, masih sama kayak dulu....
HapusBener sih, anak kecil jaman sekarang beda jauh sama anak-anak jaman dulu. Anak 90-an pasti paham betul perbedaannya.
BalasHapusIya, entah kenapa semua kebahagiaan anak 90-an sirna di masa ini... padahal kala itu dunia anak diperhatikan sekali...
Hapuskeren nih postingannya. yg nulis artikel lagi bener. hahaha
BalasHapusanak2 skrg udah kayak aset orangtua. dikasi segala hal, supaya pas tua ada yg merawat mrk. balas budi. padahal itu kewajiban anak. gak dikasi hal mewah pun mrk pasti akan melakukan
Kebalik tuh Ga, harusnya 'bener nih postingan, yg nulis lagi keren' hahai..
HapusPerkembangannya kan dipicu lingkungan, pendidikan, politik dan ekonomi. BPerlu perhatian khusus agar anak bisa bahagia sesuai kodratnya dan tentu menjadi berbakti jika mereka dirawat dengan benar dan dengan kasih....
setuju! kalau kata guru asuma di naruto, anak-anak itu ibarat raja daam permainan catur jepang. harus dilindungi, karena emang masa depan bangsa ada di tangan mereka.
BalasHapusiya ya... gue baru inget film naruto yg bagian itu.... yang jelas, kalo mau mengubah negara menjadi baik, didiklah anak menjadi baik...
Hapusgue bahagia ketika zaman gue masih kecil, gue selalu main di luar rumah, kayak main bola, main lari-larian ( polisi maling ) tak umpet, tak buaya, tak sadarkah kau menyakitiku..
BalasHapusdibanding anak zaman sekarang yang gue gatau kenapa, itu kok seperti orang autis, main gamenya serba di ipad atau gadget.. anak SD-SMP sekarang udah punya hape canggih, bbman, suka selfie, jaman gue dulu.. boro-boro selfie, mau foto aja mikir-mikir, pake kodak, kan mahal coy.. sekalinya foto gratis pas lulus SD buat pas foto ijazah, terus SMP baru punya HP, udah gitu hape gue kameranya VGA.. sedih sih, cuma gue punya kenangan bahagia, yang gak mungkin dirasain anak kecil jaman sekarang :)
Banget... kebahagiaan tersendiri memang bisa merasakan beberapa zaman. zaman sebelom teknologi beredar. zaman merasakan kebebasan berpendapat. atau zaman fashion, jajanan dan lain-lain. kita bersyukurlah dengan itu, dan mengingatkan dengan menceritakan kepada anak zaman sekarang. bahwa ada keasikan lain diluar layar. :D
Hapus