“Bakar saja!”
“Potong dulu tangannya!”
“Jangan! Kita serahkan pada petugas saja.”
“Jangan sampai dia datang ke sini lagi.”
“Dulu kita anggap biasa karena dia cuma bertelanjang di
desa.”
“Nyawa harus dibayar nyawa.”
“Istri pak Mahmud itu orang baik, kita harus membalas
yang membunuhnya.”
“Benar, tak peduli dia siapa, karena kita telah
kehilangan sosok yang sering membantu kita.”
“Hentikan semua! Biar petugas ini yang menangani.
Sebaiknya kita urus jenazahnya.”
Sang tersangka pembunuhan kemudian dibawa petugas ke Rumah Sakit Jiwa. Setelah membunuh dan memberikan pisau yang digunakannya
kepada orang gila, kini pak Mahmud tersenyum merona menanti selingkuhannya menjadi
istri barunya.
*) Cerita ini diikutsertakan dalam Flash Fiction Pipet
bertema: Gila.
singkat padat jelas, jelas banget bikin aku ngayal kemana2 haha
BalasHapusBerarti kesimpulannya, jelas karena bisa membuat orang berpikir tidak jelas. #kayaknya
Hapusbagus walaupun pendek.. :D
BalasHapusnamanya juga fiksi kilat, kalo panjang jadi cerpen ntar
Hapuspak mahmud jahat...
BalasHapusiya, cubitin gih!
Hapus