Assalamu’alaikum...
Wisata sudah menjadi kebutuhan seseorang untuk menghilangkan kepenatan. Saat ini, di berbagai media, banyak yang membicarakan dan menayangkan tempat-tempat wisata. Mulai dari daerah, pantai, perkotaan hingga pegunungan. Maraknya tren wisata saat ini menjadi nilai positif bagi warga yang bertempat tinggal di wilayah destinasi wisata. Secara tidak langsung, wisatawan dan warga telah melakukan simbiosis mutualisme. Cieleh, bahasanya. Iya, karena wisatawan memperoleh fasilitas dan kebutuhan dari warga yang berjualan di wilayah destinasi wisata, sedangkan warga memperoleh pemasukan. Saling menguntungkan.
Destinasi wisata di Indonesia tidak tanggung-tanggung banyaknya, hampir di semua wilayah Indonesia sangat pantas dijadikan tempat wisata. Indonesia kita memang indah dan kaya. Bangganya. Cuma karena kebanyakan tersebut, banyak orang yang kebingungan tempat mana yang akan dikunjungi. Ada juga sih tidak tahu sehingga wisataannya ke situ-situ saja.
Haw, kita wisatanya kemana nih?
Kalau saya yang ditanya dan diajak, yang pengalaman wisatanya hanya pernah di daerah Jawa dan Kalimantan, tentu saya akan menganjurkan ke wilayah berbeda. Indonesia ini luas, terdiri dari banyak kepulauan, dan masing-masing kepulauan memiliki keunikan dan keindahan. Sebisa mungkin kita mengunjungi setiap pulaunya, supaya bisa merasakan keindahan yang disuguhkan Tuhan Yang Maha Esa bagi Indonesia.
Iya, tahu, jadi kita wisataannya kemana Haw?
Berhubung ada lagu yang berbunyi ‘dari Sabang sampai ke Merauke’ dan berarti dari Sumatera sampai ke Papua, kita mulainya dari Wilayah Sumatera. Berwisata dari ujung yang satu ke ujung yang lain sepertinya sangat menarik. Saya sih menganjurkan ke Banda Aceh, di sana banyak tempat wisata yang mengasyikkan. Mulai dari wisata budaya, sejarah, kuliner, bahari, belanja, religi sampai wisata tsunami juga ada.
Tapi kita kan cuma punya waktu sedikit, memangnya bisa wisata religi, budaya, sejarah dan tsunami sekaligus?
Bisa banget. Di Banda Aceh terdapat tempat wisata yang semua hal tersebut bisa dirasakan. Tidak hanya itu, tempat wisata ini juga terkenal dengan fungsinya sebagai tempat penyelamatan dan pembelajaran bangunan yang tahan terhadap tsunami. Cocok banget buat kita-kita yang notabene mahasiswa arsitektur. Namanya Museum Tsunami Aceh. Yuk kita rasakan wisata yang memberi arti kebersamaan, religius, bernilai budaya dan pendidikan.
Museum Tsunami ini terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Kalau kalian baru tiba di bandara Sultan Iskandar Muda, tinggal naik taksi ke Banda Aceh, tarifnya sekitar Rp70.000. Jika mau singgah di tempat makan terlebih dahulu dan memilih melanjutkan dengan angkutan umum juga bisa, di Banda Aceh, angkutan umumnya disebut labi-labi ada juga bentor atau becak motor. Dukung angkutan umum agar kemacetan bisa diminamilisir. Hehehe. Oh iya, kalau naik angkutan umum sebaiknya menggunakan labi-labi nomer 05 jurusan Terminal Punge-Ulee Lheu. Kalian bisa menemukan labi-labi di pangkalan yang berada di Terminal Keudah di dekat Baiturrahman. Tarifnya sekitar Rp4.000 per orang. Kalau menggunakan becak motor, kalian harus membayar tarif sekitar Rp15.000 sampai Rp20.000 per becak.
Taraaaa.... kita sudah sampai di Museum Tsunami Aceh.
Museum ini dibangun dengan tiga alasan, yaitu untuk mengenang korban bencana tsunami dan sebagai pusat pendidikan tentang keselamatan serta sebagai tempat evakuasi jika terjadi tsunami. Museum Tsunami Aceh dibangun dengan mengusung konsep ‘Rumoh Aceh’, yaitu rumah tradisional di Aceh dan memiliki tampilan fasad yang terlihat saling berkait (berhubungan) seperti gerakan tari Saman.
Museum Tsunami Aceh memiliki tampilan interior tunnel of sorrow yang menggiring ke suatu perenungan atas musibah dahsyat yang menimpa warga Aceh, sekaligus kepasrahan dan pengakuan atas kekuasaan Tuhan dalam memberikan pembelajaran bagi hamba-Nya. Berbeda dengan museum kebanyakan yang memiliki wilayah berbeda, ruangan-ruangan yang terdapat di dalam museum ini dibuat berhubungan yang dilewati satu per satu seperti sebuah tahapan. Setiap tahapan memiliki pengajaran tersendiri dan memberikan suasana yang dirasakan para korban terdahulu. Tidak hanya itu, diakhir tahapan, kita juga bisa merasakan adanya harapan yang lebih baik sehingga timbul kepedulian terhadap sesama. Yuk kita masuki masing-masing tahapannya.
Ruangan pertama yang kita masuki adalah lorong tsunami dengan berbagai kengeriannya. Bagaimana nggak ngeri, lorongnya sempit, lembab dan panjangnya 30 meter dengan tinggi sekitar 20 meter yang menunjukkan tingginya gelombang tsunami yang pernah terjadi. Selain itu, suara gemuruh air, lantunan ayat alquran dan cahaya remang semakin memaksa bulu kuduk untuk berdiri dan mempercepat langkah. Di lorong tersebut kita diajak untuk merasakan kengerian tsunami yang pernah terjadi di waktu silam.
Setelah melewati lorong tsunami yang mencekam, kita akan sampai ke Ruang Kenangan. Tak jauh berbeda kondisinya dengan lorong tsunami, ruangan tersebut juga dihiasi cahaya remang dan dikelilingi kaca-kaca yang sangat lebar. Seolah kita tenggelam di dasar laut karena terbawa arus tsunami. Di ruangan ini juga terdapat monitor yang tersususn seperti bebatuan di dasar laut (atau nisan bawah laut) yang berjumlah 26 unit, sesuai dengan tanggal terjadinya tsunami di tahun 2004 silam. Setiap unit monitor menampilkan gambar dan foto korban bencana tsunami. Ngeri, lantunan ayat alquran dan gemericik air juga sayup-sayup masih terdengar.
Kalau mau selfie di tempat yang ngeri (kuburan dasar laut), disitulah tempatnya, tapi blitz kameranya dimatikan ya, supaya tidak merusak sensor ruangan. Setelah melihat gambar atau foto-foto tersebut, kita bisa melanjutkan ke tahap berikutnya.
Kalau mau selfie di tempat yang ngeri (kuburan dasar laut), disitulah tempatnya, tapi blitz kameranya dimatikan ya, supaya tidak merusak sensor ruangan. Setelah melihat gambar atau foto-foto tersebut, kita bisa melanjutkan ke tahap berikutnya.
Melewati Ruangan Kenangan, kita akan sampai ke Ruang Sumur Doa. Ruangan tersebut berbentuk silinder dengan cahaya yang masih remang dan ketinggian 30 meter. Di dinding ruangan ini terdapat 2000 nama-nama korban tsunami yang tertera. Ruangan ini dikhususkan bagi pengunjung untuk mendoakan para korban sesuai dengan ajarannya masing-masing.
Jika kita melihat ke atas, kita akan menemukan tulisan ‘Allah’ dalam huruf Arab. Di ruang yang hampir gelap, dengan ribuan nama korban tersirat, kita masih bisa melihat cahaya Tuhan yang Maha Dahsyat menerangi dan memberi harapan. *air mata saya ngalir*
Setelah melewati Ruang Sumur Doa, kita akan memasuki Lorong Kebingungan. Iya, KE-BI-NGU-NGAN, karena di lorong tersebut kita seolah tidak memiliki tujuan yang jelas. Gelap dan jalan yang berkelok membuat kita panik dan khawatir dengan keadaan yang akan kita alami. Tapi semakin diikuti, perlahan cahaya mulai menyinari, semakin terang hingga akhirnya terbebas dari lorong tersebut. Ruangan ini mengajarkan kepada kita bahwa di setiap kebingungan yang kita alami pasti ada jalan lapang yang menanti. Nah, bagi teman-teman saya yang galau dan susah move-on, ruangan tersebut bisa dijadikan terapi tuh, agar sadar bahwa di depan nanti masih ada harapan terang yang menanti. Cie.
Tibalah kita di tahapan terakhir dalam melewati kengerian tsunami, Jembatan Harapan. Jembatan tersebut merupakan penghubung ke lantai dua bangunan museum yang dihiasi dengan 54 bendera negara berbeda bertuliskan ‘damai’ sesuai bahasa negara masing-masing. Bendera tersebut didedikasikan kepada negara-negara di dunia yang ikut membantu Indonesia, atau Aceh khususnya, saat bencana tsunami terjadi. Lega banget rasanya ketika sampai di jembatan ini, seolah kengerian sebelumnya sirna seketika. Sesampainya di jembatan tersebut, kita telah menjadi insan yang berbeda. Dari yang awalnya tukang ngetawain orang, menjadi insan yang pandai bersyukur dan peduli. Kebanyakan sih begitu.
Di lantai dua museum terdapat ruangan multimedia atau pameran yang berisi gambar dan artefak peninggalan bencana tsunami. Ada miniatur Aceh sebelum dan sesudah terjadi tsunami juga lho.
Di lantai tiga museum tersedia ruang simulasi yang berfungsi sebagai edukasi yang dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang bumi dan bencana. Mulai dari model rumah tahan gempa, bumipedia, diagram patahan bumi, serta pembelajaran lainnya. Di lantai ini juga terdapat perpustakaan, restoran, musalla dan souvenir. Oh iya, ada juga ruangan berbagi kisah (story telling). Jadi terdapat saksi hidup yang menceritakan pengalamannya langsung secara terbuka saat terjadi tsunami di tahun 2004 silam.
Di tingkat akhir (atap) terdapat escape building yang difungsikan sebagai tempat evakusai saat terjadi tsunami. Tingkat atap ini sudah tidak dibuka untuk umum, mengingat konsep keamanan dan keselamatan. Tapi sebagai sarana evakuasi, tempat ini bebas didatangi saat tsunami terjadi. Melalui lantai atap museum, kita bisa melihat hampir keseluruhan wilayah Banda Aceh.
Bagaimana, pengalaman wisata yang sangat menarik bukan?
Hanya mengunjungi satu tempat tersebut, kita bisa merasakan wisata tsunami yang meningkatkan kereligiusan dan kepedulian terhadap sesama. Ilmu bertambah dan kuliner juga bisa dijamah. Kan ada restorannya juga. hehehe. Makanya, yuk wisataan ke Banda Aceh dan kunjungi Museum Tsunami Aceh. Kerena museum ini bukanya hanya sampai sore, setelah dari museum, kita bisa menikmati indahnya sunset di Ulee Lheue. Asyik. Mengunjungi wisata lainnya juga bisa, banyak banget tempat wisata di Banda Aceh.
Sekian postingan kali ini, semoga bisa menambah daftar destinasi wisata untuk liburan nanti. Terakhir, nih saya berikan video bang Jebraw (Jalan-Jalan Men) saat ke Banda Aceh. Dia sempet mengalirkan air mata lho waktu ke Museum Tsunami.
*) Tulisan ini diikutsertakan dalam Banda Aceh Blog Competition 2014
________________________________
___________________________________________________
Sumber Gambar:
Museum Tsunami Aceh
Perempuan Keumala
Referensi Tulisan:
Museum Tsunami Aceh
Balai pelestarian Budaya Aceh
Perempuan Keumala Panduan Wisata Banda Aceh
kebetulan aku lahir di Aceh, tapi semenjak hijrah, belom kesana lagi.. dan pengen banget masuk ke museum Aceh, biar inget sama kematian :)
BalasHapussuka banget sama cara kamu ngenalinnya. keren!!
Iya ya, Tyak kan orang Aceh, tau gitu kemarin diminta jadi narasumber.
Hapus^ yang lahir di Aceh saja pengen banget ke Museum itu, apalagi yang lahirnya di tempat lain. Ajak-ajak kalo pulang kampung. hehehe *dan dibayarin juga*
Keren ya.. jadi pengen gue beroh.. :D
BalasHapuslangsung pesen tiket ajah, bulan Mei ini kan cukup banyak tanggal merahnya. hehehe
HapusUangnya ? :D
Hapuslakukan kegiatan gembel backpacker.
Hapusjalan-jalan tanpa uang.... :p masuk museum ini kan gratis.
yaudah, nabung dulu gih. *pesan untuk diri sendiri juga*
Ah, gue udah liat video itu! gue terharu sekaligus bangga. Kita punya museum seperti itu. Keren dan mulia. Sebelum mati gue pengin nyobain ke sana dulu! Aminn.
BalasHapusIya, belajar dari bencana dan menjadi peduli dengan hanya merasakannya dalam suasana wisata. tempat yg pantas dikunjungi.
Hapusbagus yaa museumnya nggak kalah sama yg diluar negri
BalasHapuspengin kesana deh nanti kalau udah punya uang banyak. :(
rumahku di jawa sih jadi agak jauh
ga perlu nunggu sampai banyak, hanya perlu secukupnya saja. hehehe
Hapusya semoga nanti bisa ke Banda Aceh, ga bakal nyesel kok.
Aceh emang indah, walau belom pernah kesana tapi banyak temen gue yang bilang "aceh" keren. Tambah ada tulisan ini, oke... jadi makin pengen. Makasih bro
BalasHapusiya, walau pernah mengalami musibah, tapi kekuatan dan keindahannya tetap mewabah. moga entar bisa main ke Banda Aceh ya...
HapusSuka sama blognya, rapih :D
BalasHapusBuat template sendiri ya?
Nggak, dibuatin kok. di pojok kanan bawah ada designernya. Cuma udah banyak yang diubah :p nyesuaikan selera.
Hapus