Assalamu’alaikum...
Akhir-akhir ini teman-teman saya mulai antusias-antusiasnya untuk wisataan, traveling atau backpackeran. Mengunjungi tempat-tempat indah untuk meredam kepenatan akibat kegiatan selama ini. Ada yang berencana ke gunung, ke pantai, ke kota, ke desa, ke kebun binatang, ke kebun orang, ke mall dan ke taman fantasi. Kalo yang wisataan ke tempat yang dikenal karena alamnya, itu rencana teman saya yang di kota. Sedangkan wisataan ke tempat yang berbau kota, itu rencana teman saya yang dari desa. Semoga mereka ga tabrakan di tengah jalan.
Katanya, dalam berwisata traveling, suasana berbau alam merupakan pilihan terbaik. Apalagi kalo ke tempat yang ekstrim, bisa memacu adrenalin dan menguji keberanian. Padahal mah, kalo cuma mau nguji adrenalin doang kan bisa main ke rumah mantan yang lagi dikunjungi pacar barunya.
Saya sendiri juga pernah beberapa kali mengikuti traveling, yang ke pantai, yang ke gunung, yang ke hutan dan yang ke rumah mantan. Dan memang iya, kegiatan traveling dapat meningkatkan berbagai hal positif dalam diri seseorang. Mulai dari menyegarkan pikiran, meningkatkan kedekatan, meningkatkan wawasan, mengenal keragaman namun menipiskan stok bulanan.
TravelInsurenceImage
Dalam memilih tempat wisata, saya biasanya memilih tempat yang indah-indah. Eh, jangan memaklumi lho, ada orang yang memilih tempat horor dan berbahaya dalam berwisata. Ya itu tadi, karena ingin menguji adrenalin. Kalo saya sih, cukup tempat yang tenang, bersih, ada air dan kamar mandi dalem.
Karena selalu memperoleh kegembiraan dalam berwisata, saya sering beberapa kali berkeinginan untuk mengunjungi kembali tempat-tempat wisata sebelumnya. Tentu karena keindahannya. Tapi apa yang saya dapat ketika keinginan tersebut dilakukan tidak seperti yang diharapkan. Hambar. Karena saya perginya sendirian.
Awalnya saya mengira, tempat wisata itu menarik karena fasilitasnya, karena keunikannya, karena keindahannya dan kerena hal-hal kece lainnya. Tapi sekarang saya sadar, tempat wisata itu menarik karena ada teman yang menemani kita. Mau sejelek apapun tempat wisata yang didatangi, tapi jika bersama teman yang apalagi sama gilanya, pasti akan menjadi tempat wisata yang bakal dirindukan. Saya sudah membuktikan.
Beberapa waktu lalu, saya dan teman seangkatan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. PMKM istilahnya. Desa yang kami datangi memang dekat dengan salah satu destinasi wisata. Tapi itu, jalan menuju desanya bak mengarungi lautan tanah. Beceknya minta ampun. Sesampainya di desa, baru tau ternyata sejarahnya memilki cerita membelalakkan mata. Tempat ngayau suku yang ada di sana.
Ngayau itu istilah untuk kegiatan potong kepala manusia yang dilakukan kepada musuh suku atau orang asing sebagai persembahan atau sebagai mas kawin yang menunjukkan keperkasaan dalam berperang. Dan desa yang kami datangi adalah salah satu yang melakukannya. Yang awalnya berencana mengabdi sambil berwisata, bisa-bisa jadi mas kawin yang indah tanpa kepala.
Jangan tanya kenapa kampus memilihkan kami desa tersebut, karena yang berencana dan meminta adalah kami beramai-ramai. PMKM mandiri istilahnya lagi. Kami yang mencari informasi dan kami yang membiayai serta mengatur semuanya sendiri *eee... beramai*. Alasannya sih sederhana, karena nggak mau melihat yang namanya teknologi dan menjauhkan diri dari keramaian dan kesibukan tugas menggambar. Makanya mencari desa yang terpencil, sampai-sampai telepon ga akan berguna di sana. Listriknya juga belum ada. Sok pengen tenang, malah jadi gini.
Namun yang namanya manusia, pasti selalu mengalami perubahan. Mereka sudah tidak lagi menggelar acara potong kepala, walau nggak semuanya. Makanya kalo menjelajah jangan sampai keluar dari desa, kecuali kalo mau jadi artis film ‘Hantu Jeruk Purut’. Tapi secara keseluruhan, mereka menyambut ramah. Terlebih anak-anaknya yang bersekolah. Mereka menganggap kami seperti berkah yang melimpah. Wajar sih, guru mereka hanya 3 orang dengan kepala sekolah. Sungguh parah. Sama parahnya dengan gedung sekolah mereka yang pecah-pecah banyak celah.
Tapi saya ga mau menceritakan tentang pengalaman mengajar mereka, saya cuma mau mengatakan bahwa tempat wisata bisa menjadi menarik karena keramahan manusianya di sana. Saat akan meninggalkan desa tersebut, haru dan ogah yang saya rasakan kalo terbayang harus meninggalkan. Ya, meski semua teman saya berazam ga mau ke sana lagi, tapi saya yakin, kalo perginya sama-sama pasti bakalan ngikut juga. Karena bukan keindahan tempatnya yang membuat menarik, tapi kebersamaan dalam menjalani kepedihan memperoleh makanan serta berbagai kesusahan lainnya, yang harusnya di kota mudah didapatkan, yang membuatnya dirindukan. Apalagi ditambah keramahan anak-anaknya yang dengan polosnya menangis saat tau akan ditinggalkan.
BukanTentangTempatnya
TapiKebersamaannya
Berbicara tentang keindahan, hati-hati dalam memilih pasangan. Karena terkadang bukan paras yang indah yang membuat tertambat, tapi kebersamaan dengannya yang membuat terikat. Kadang juga, bukan wajah memesona yang membuat cinta, tapi perhatian ramah lah yang menaklukkan jiwa. Sama kayak tempat wisata, bukan cuma tentang indahnya, tapi juga tentang kebersamaan dan keramahan penduduknya. Jadi jangan asal masang standar ‘berparas indah’. Bisa-bisa menyebabkan hati gundah.
Makanya, kalo mau hubungannya berakhir indah, sebaiknya mengubah beberapa istilah. Misalnya kata ‘nembak’ saat mau jadian. Sebaiknya diganti, karena semua penembakan selalu berakhir luka dan kematian.
Kalo dalam memilih tempat wisata, jangan asal mencari yang banyak destinasinya, karena bisa lebih menghabiskan waktu dan biaya, coba sesekali pilih yang hanya memiliki satu kekhasan saja. Dalam memilih pasangan juga jangan asal memilih yang memiliki banyak, tapi coba sesekali perhatikan yang memiliki sedikit. Mungkin dulu suka dengan pria yang penuh cinta, sekarang pilihlah pria yang sedikit cinta. Hah?
Begini, semakin banyak suatu hal, akan menjadikannya semakin tidak berharga. Begitupun sebaliknya. Kayak hewan langka, semakin sedikit, pasti semakin dilindungi. Begitupun dengan cinta, karena dia hanya memiliki sedikit, pasti akan dirawatnya dengan cita. Coba akalo banyak, mungkin dia bakal bilang, ‘Rapopo. Cintaku masih banyak kok. Pergi aja sana.’ *iyakali*
Tuh kan jadi ngelantur kemana-mana. Oke, sekian artikel kali ini, kalo ada benarnya silahkan ikuti, kalo ada salahnya, tolong diperingati. *eee..dikoreksi*. Mungkin kita jarang mendatangi tempat indah. Mungkin kita juga jarang bepergian dengan mobil mewah. Tapi setiap hari, bersama kita lalui dengan saling memapah. Mengubah semua mendung menjadi cahaya cerah.
semewah mewahnya kehidupan kalo sendirian jadinya tetep gak enak.. jadi kebersamaan lah keindahan yg sesungguhnya #AkuNgomongApa #JadianYuk biar kita bisa bersama kalo lagi wisata *Lah :D
BalasHapushayuk lah *nyiapin seperangkat alat salat*
HapusBeda kalo orang yg introvert mereka malah mencari kesendirian, tapi memang kehadiran teman-teman dan keluarga yg membuat spesial
BalasHapuskalo introvert itu artinya orang yg demen menyendiri, gue sepertinya termasuk deh. Tapi itu kalo di rumah, di tempat wisata tetap butuh ada yg menemani.
Hapus