Assalamu’alaikum…
“Eh Haw, walau nggak hafal, yang penting kita paham. Begitu.”
“Elu paham nggak makna mencintai?”
“Ya paham lah.”
“Trus, kenapa sering selingkuh?”
“Itu dia. Gue paham mencintai, tapi nggak hafal wajah pacar sendiri.”
Saya tidak tahu siapa yang memulakan untuk membanding-bandingkan antara hafal dan paham. Yang jelas, akibat perbandingan tersebut, banyak orang yang mulai ogah menghafal sesuatu atau ogah memahami sesuatu. Selalu saja beralasan ‘yang penting kan paham’ atau ‘tapi aku hafal kok’.
Menurut KBBI, hafal berarti bisa mengucapkannya tanpa melihat teks atau masuk ingatan dengan jelas. Sedangkan paham berarti mengetahui dengan benar. Kedua hal tersebut sesungguhnya sangat berkaitan, saling memerlukan dan saling memudahkan.
Di film 3Idiots, pernah dikatakan bahwa belajar (menghafal) tanpa memahami maknanya hanyalah kesia-siaan belaka. Memang benar, tapi saya tidak sepenuhnya setuju. Sejak kecil, saya sudah diajarkan untuk rajin menghafal, seperti menghafal huruf, angka, nama, atau sekadar hafal pukul berapa film kartun tayang di tipi.
Namun, bukan berarti paham tidak diajarkan. Karena sejak kecil juga kita diajarkan untuk memahami cara menggunakan peralatan di rumah. Seperti fungsi dan cara menggunakan kompor, menyalakan tipi sampai memahami kenapa remot harus diketok-ketokkan ketika mulai tidak berfungsi.
“Haw, gue hafal sih tingkah bokap. Kalau remot tipi ngadat, dia pasti mengetok-ngetokkannya. Tapi gue gak paham kenapa mesti diketok.”
“Oh, itu. Elu kalau nangis atau nggak nurut waktu disuruh ama bokap, elu diapain biar sadar?”
“Dipukul pake rotan.”
“Nah, itu. Remot juga gitu. Cuma bedanya, remot cukup dengan diketok.”
Lantas, jika terpaksa harus memilih salah satu, mana yang lebih baik untuk dipilih?
Tergantung persoalan yang dihadapi. Semisal persoalannya hanya sebatas soal Matematika sederhana 4 x 6. Memilih yang mana pun sama saja, yang hafal maupun yang paham akan menjawab 24. Cuma, saat ditanya kenapa bisa hasilnya 24? Orang yang hafal hanya diam, sedangkan orang yang paham akan menjelaskan bahwa 4 x 6 berarti 6+6+6+6 sehingga hasilnya adalah 24.
Namun, bagaimana kalo persoalannya tentang rahasia pribadi? Tentu kita memiliki akun di media sosial, forum maupun situs internet lainnya. Kita pasti paham bahwa untuk mengakses hal tersebut memerlukan kode khusus. Kita juga pasti paham bahwa perangkat yang kita gunakan juga bisa menyimpan kode khusus tersebut secara otomatis. Bagaimana kalau perangkat yang kita gunakan tersebut mendadak rusak atau hilang sedangkan kita harus mengakses suatu situs?
Jika kita tidak hafal dengan kode khusus tadi, maka kita hanya bisa berharap agar perangkat yang rusak tersebut bisa digunakan kembali. Begitu pun dengan nomor kontak pada perangkat seluler. Bagaimana kalau mendadak rusak sedangkan kita hanya bisa menggunakan telepon umum?
Sejatinya, hafal dan paham tidak pantas untuk dibanding-bandingkan karena memang saling melengkapi. Bukankah dalam beribadah kita diajarkan untuk menggunakan keduanya? Misal dalam salat, selain kita harus paham maksud dan tujuannya, kita juga diharuskan hafal bacaannya.
Hafal bacaan salat, tapi nggak tahu makna dan tujuannya buat apa, ya sia-sia. Paham makna dan tujuannya salat, tapi nggak hafal bacaannya, ya pas mau melaksanakan malah bingung. Ujung-ujungnya malah ngomong, “Yang penting niat.”
Orang bilang banyak sekolah yang mengajarkan untuk menghafal tanpa memahami. Sehingga banyak muridnya yang tidak berpikiran maju. Namun, sampai sekarang saya tidak menemukan sekolah tersebut. Justru anak sekolah (tingkat SD) yang saya temui malah kebanyakan paham dan tidak hafal. Buktinya ketika saya tes untuk menghitung 8x7, mereka membuat coretan dengan menulis angka 7 delapan kali lalu menjumlahkannya.
Bahkan di semua sekolah, setiap selesai mengajar pasti gurunya akan menanyakan “Sudah paham?” bukan “Sudah hafal?”. Berarti, kebanyakan sekolah hanya mengajarkan untuk paham tapi tidak menghafal. Makanya muridnya tidak berpikiran maju. Udah paham, terus lupa.
Jadi, masih mau mempermasalahkan lebih baik yang mana antara paham dan hafal?
Sumber Gambar:
https://www.tribunnews.com/metropolitan/2012/09/11/sungai-penuh-sampah-di-kramat-jati-ganggu-kehidupan-warga
Anjir ini gue kenapa jadi mabok sendiri ya bacanya. Hahaha. Well, gue kalo di sekolah atau kampus, biasanya memahami, soalnya males menghapal. \:p/
BalasHapusYap, manfaatkan maksimal yang kita bisa. lagian, kalo menghafal tapi diiringi sikap gak mau juga gak bakalan hafal. @@,
HapusIya, emang berkaitan. Ada urutannya da. Ga tau paham duluan atau hafal yang duluan.
BalasHapusKalo di tingkat dasar, biasanya disuruh hafal dulu. Baru kemudian disuruh memahami, sehingga ditingkat selanjutnya kita bisa membuat/mengembangkan hal yang baru dari yang sudah dipahami tadi.
Hapuswihhh. lagi lagi nih artikel lo menambah pengetahuan dari sudut pandang baru buat gua. keren haw. kalau antara pembandingan "mengerti" dan "memahami" mungkin bisa dibuat artikel juga.
BalasHapuskayak, "mengerti cewek itu susah. tapi memahami mereka mudah"
Ah elu Man. palingan juga udah tau isi artikel yang kayak gini sejak lama. cuma gak lu tulis aja di blog lu. eh, tapi kalo disuruh membahas tentang memahami dan mengerti, gue angkat tangan deh. apalagi tentang cewek. cetek ilmu gue.
HapusHafal dan Paham adalah 2 hal yang terpisahkan, layaknya aku dan kamu yang selalu harus bersama #ea...
BalasHapusyaelah... @@,
HapusHahah.. Bisa-bisanya lupa ngapal mukak pacar.. Koplak :P
BalasHapusEmang koplak, tapi sering kejadian. :p
HapusSaking banyaknya pacar? :P
Hapusmungkin... @@,
Hapuskalimat pembukanya keren :)
BalasHapushaha yang pas sholat kocak, hafal tapi nggak tau tujuannya.
gue sih hafal lumayan, paham juga lumayan. saling mengkombinasi gitu, kecuali matematika dan itung-itungan seperti AK dan keuangan, gue nggak akan hafal rumus dan paham, gue lemaaahh
kalo kayak rumus mah gak usah dihapal, tapi dipahami. tapi kalo kayak nama tumbuhan, hewan dan nama-nama yang lain, itu perlu.
HapusJujur kalo aku pribadi lebih kearah 'paham' daripada 'hapal'. Pernah kejadian nyobain hapal pidato bing yang ada malah lupa semua, kacrut.
BalasHapusSesuaikan dengan kemampuan diri sih, sering dilatih juga, asal jangan sampai menjelekkan salah satunya. :-d
HapusIntro tulisannya ngenak kali mas, terharus. hiks :(
BalasHapusMasa sih bikin haru? @@,
HapusBang Haw, ada emot dua jempol gak di blognya? Ini keren, saya mau kasih dua jempol.
BalasHapuspake yang satu aja, trus entar difotokopi.
HapusBanyak yang tidak paham sebenarnya mas bro...menghafal emang mudah tapi untuk memahami itu yang sulit...
BalasHapusMemang, namun karena keduanya sangat penting dalam kehidupan, kita memang harus melakukan keduanya dengan penyesuaian situasi. :)
Hapus