Assalamu’alaikum...
Dalam menjalani kehidupan, ada saat di mana seseorang merasa dirinya sial. Dan jika kesialan tersebut berulang, pasti dia akan mencari kesamaan pola atas kesialan yang terjadi pada dirinya. Misal, tiap memakai kemeja biru, dia selalu kecopetan. Maka dia akan menyimpulkan kemeja biru adalah pembawa sial baginya.
Jika kesialan tersebut dialami oleh banyak orang, maka akan tercipta suatu kepercayaan yang menjadi acuan bersama. “Jangan pakai kemeja biru, nanti sial”, begitu kira-kira. Karena banyak yang mengalami, maka kepercayaan tersebut akan diturunkan kepada generasi selanjutnya sebagai peringatan.
Saat ini, banyak hal yang dianggap membawa sial. Salah satunya adalah angka empat (4). Empat dianggap membawa sial karena sudah banyak orang yang menjadi sial karena berhubungan dengan angka empat.
Pemain nomor punggung “4” di MU
Pemain yang memakai jersey dengan nomor punggung “4” di MU hanya bertahan kurang dari 2 tahun. Sebut saja Sebastian Veron, David May dan Gabriel Heinze. Lalu, bagaimana kabarnya Owen Hargreaves? Masa-masanya di MU hanya dihabiskan dengan bekapan cedera.
Selain di dunia persepakbolaan, kesialan angka empat juga menjangkit ke dunia teknologi. Pentium, jenis prosesor yang awalnya sangat terkenal dan dianggap sebagai pelopor prosesor pintar, berakhir di Pentium 4. Padahal awalnya, jenis Pentium merupakan prosesor yang digadangkan akan menjadi jenis prosesor yang akan terus berkembang sesuai angka yang mengikutinya. Atau “IPHONE 4”-nya Apple yang mengalami kesialan dengan tidak sempurnya antena pada perangkat tersebut di tahun 2010 lalu. Sehingga pihaknya harus bertanggung jawab atas masalah yang ditimbulkan.
Bahkan, saking takutnya dengan angka empat, pihak Nokia tidak mau mengeluarkan produk dengan seri yang mengandung angka empat. Tapi, kenapa angka empat bisa menjadi angka yang dianggap membawa sial?
Hitungan Chinese
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”, pepatah tersebut menyiratkan bahwa sejak dulu China dianggap sebagai negara yang sangat maju dan berilmu. Sehingga, kepercayaan-kepercayaan di negara tersebut juga akan diikuti dan dipercaya oleh negara lain.
Dalam hitungan Chinese, angka empat dibaca “shi” yang arti dan penyebutannya sama dengan “mati”. Sesuatu yang membawa kepada kematian, tentulah dianggap sial. Pertanyaannya, kenapa penyebutan kata "mati" sama dengan penyebutan angka empat?
Sifat dan bentuk sebelum mengenal angka
Sebelum mengenal angka dan huruf latin, tentu orang-orang di zaman dulu telah mengenal sistem hitung dengan penyebutan berbeda. Contohnya dalam bahasa Jawa dikenal adanya “Sengkala”, yaitu penyebutan angka dengan kata benda atau sifat. Namun, sejauh yang saya tahu, penggunaannya masih terbatas pada penyebutan tahun saja.
Misalnya tahun keruntuhan kerajaan Majapahit pada tahun 1400 *tuh kan, angka empat lagi* diucapkan dengan “Sirna Ilang Kertaning Bumi”. Bagaimana bisa begitu?
Tahun 1400 mengandung empat angka, dan kalimat “Sirna Ilang Kertaning Bumi” juga mengandung empat kata. Berarti jelas, tiap kata mewakili satu angka. Namun jangan langsung menyimpulkan “sirna=1; ilang=4;”, itu salah. Karena kalo berdasarkan sifat tadi, “sirna” dan “ilang” tentulah artinya kosong (nol). Saya kurang paham artinya “kerta”, tapi kalo “bumi” hanya ada satu (1). Sehingga penulisan kalimat tadi jadi “0041”. Iya, pembacaan angka Sengkala dimulai dari kanan ke kiri.
Dalam bahasa Jawa (Sengkala), bumi itu satu, mata/kuping/tangan itu dua, gebyar itu tiga, catur/kerta itu empat. Sisanya silakan cari tahu sendiri ya! Hal tersebut menunjukkan bahwa, di zaman dulu, untuk menyebut angka/jumlah, mereka memakai kata benda atau sifat.
Orang-orang Chinese pun begitu. Mereka menyebut angka empat dengan mati karena saat orang mati, mereka dimasukkan ke dalam kubur atau peti yang bentuknya segiempat.
Mati dikubur dalam lubang segiempat; mati=empat |
Karena angka “4”, Indonesia berkembang lambat
Bukan. Bukan karena ada angka empat di tahun kemerdekaannya, melainkan karena keputusannya dalam menetapkan pilar bangsa. Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Pemerintah menetapkan empat hal tersebut sebagai pilar dalam berbangsa dan bernegara.
Kenapa harus empat? Terlalu banyakkah jika ditambah satu? Atau terlalu sedikitkah jika dikurangi satu? Entahlah, karena empat itulah, Indonesia jadi seperti sekarang.
Kalo kalian masih belum yakin angka empat bisa memengaruhi pemerintahan atau negara, ingatlah, dalam UUD 1945 tentang Dewan Pertimbangan Agung, bab yang memuatnya telah dihapus. Dan kalian tahu itu bab berapa? Iya, bab IV (empat). Hiiii~
Gara-gara empat |
Berhati-hatilah dengan angka “4”
Melihat kekuatan angka empat tersebut, saya menyarankan kepada kalian semua untuk lebih berhati-hati. Untuk itu, saya sarankan agar kalian menghindari angka empat dalam keseharian, misalnya:
- Saat naik motor di jalan raya, jangan bonceng empat. Entar ditilang. Saya sudah mencobanya.
- Jangan pacaran dengan empat orang sekaligus. Beneran. Jangan! Memang sih, memiliki pacar empat itu sehat, tapi kita lebih dianjurkan untuk memiliki pacar yang sempurna. Lima orang. (empat sehat, lima sempurna)
- Jangan pacaran dengan empat orang sekaligus. Beneran. Jangan! Memang sih, memiliki pacar empat itu sehat, tapi kita lebih dianjurkan untuk memiliki pacar yang sempurna. Lima orang. (empat sehat, lima sempurna)
- Jangan bunuh diri dari lantai empat. Percayalah, orang yang bunuh diri dengan cara melompat dari lantai empat bakalan kena sial. Bahkan bisa mati. Mending lompatnya dari lantai atasnya lagi, insyaallah selamat.
Begitulah sedikit saran dari saya agar kalian terhindar dari kesialan angka empat. Namun, kita tetap tidak boleh merasa tenang, karena ada suatu gerakan underground yang memaksa kita untuk terjerumus dalam kesialan.
Di balik dunia pendidikan
Pertanyaannya, sudah berapa dosen yang menganjurkan kalian untuk memperoleh IPK 4? Sadarlah wahai mahasiswa! Sesungguhnya kita semua sedang diarahkan kepada kesialan oleh sistem pendidikan. Empat itu pembawa sial, dan kita disuruh untuk memperoleh IPK 4, yang artinya kita disuruh menyongsong kesialan. Lihatlah! Mahasiswa yang ber-IPK 4 sekarang jadi apa?
Tak hanya itu, ingatkah kalian kapan waktu pelaksanaan ujian nasional? Iya, bulan keempat. Kebetulankah?
Lantas, bagaimana sikap kita?
Hindari IPK 4. Bukankah sangat disarankan “Dua koma lebih baik”? Iya, itu saran dari BKKBN sih. Tapi dengan begitu, setidaknya kita sudah terhindar dari kesialan angka empat. Namun bagaimana jika kita sudah terjerumus dalam kesialan angka empat?
Ikhlaslah! Empat, yang artinya mati, tidaklah selalu memberikan kelanjutan buruk. Mungkin kita akan mati atau sial karena empat. Tapi setelah kesialan tersebut, setelah kematian tersebut, percayalah, akan ada kisah selanjutnya yang sangat baik.
Seperti Cedric Diggory dalam kisah Harry Potter. Dirinya bertemu dengan kematian saat mengikuti lomba yang pesertanya hanya ada empat orang. Namun karena kematian itulah, dia menjadi lelaki yang dipuja. Iya, dia bangkit kembali sebagai vampire dengan nama Edward Cullen. Coba kalo dia nggak mati. Nggak jadi vampire.
Coba kalo gak mati? gak jadi vampire |
Sumber Gambar:
https://bitstrips.com/r/ZDS2S
https://www.dramadunia.my/2014/11/liang-lahad-tunggu-jenazah-mayang.html
https://dumedpower.com/category/juknis-dak-bkkbn/juknis-dak-bkkbn-2013/
Haaaaa, hindari IPK 4 usahakan loncat dari gedung lebih tinggi dari 4 lantai. Benar mas kakakkakakka
BalasHapushahahahaha siapa ya yang komen ke 4
HapusJangan dipraktikkan tapi, Bang! masih mau ngebaca perjalanannya di Jogja.
HapusWell, ini postingan keren. Riset banget ini. Dan jangan lupa mahasiswa tingkat akhir banyak yang mandek waktu skripsi. Dan itu terjadi di Bab 4. :D
BalasHapusEh, iya. Bagian yang paling banyak revisiannya ituh. Entar bagi yang skripsian, gak usah ditulis Bab 4, bab 3,5 aja.
Hapusgue malah baru tau kalo angka 4 itu angka sial .. gue kira cuman angka 13 doang ..
BalasHapusitu yang saran lo yg terakhir kampret abiss bang .. hahaaa . ,
btw analisisnya kece bang ..
Tiga belas memang mendunia sih. Kalo untuk empat, memang hanya negara-negara tertentu saja.
HapusIni orang Kalimantan berasa paham banget sama Kejawen. Gue ngerasa agak gagal jadi orang Jawa asli.
BalasHapusMungkin ada yang salah sama angka 4, Haw. Bisa jadi ketuker sama angka 5.
4: empat -> 5 karakter
5: lima -> 4 karakter
#MisteriTerbesarAbadIni
HapusLunya aja yang nggak mau tau. Hih. padahal itu juga warisan masa lalu loh.
HapusKalo yang kayak gitu, mending tanyain ama Fico aja.
Tuh kan komenan nomor 4 sialnya ngga ngerti jawa xD
HapusLah.. hahaha
HapusBang bagaimana dengan kemerdekaan Inodonesia di tahun 1945. Itu mengandung angka empat.
BalasHapusBagaimana pendapat agan?
setuju deh punya pacar 5 itu sempurna *eh...
Oh, itu tahun yang sangat baik bagi Indonesia. kok nggak sial? Yang sial si Jepang, makanya di Jepang angka empat sangat ditakuti.
HapusPantasan kadang2 di gedung gedung ga ada lantai 4 ya,..hiii swereemmm
BalasHapusIya, itu juga karena ketakutan angka empat. Rumah-rumah juga nggak mau make nomor empat, biasanya diganti 3a atau 3b.
Hapuskayaknya kalo loncat dari lantai empat emang sial. belum tentu mati. paling patah tulang doang. percayalah, gua gak pernah nyoba.
BalasHapusgua pribadi gak percaya sih dengan mitos angka 4 atau angka 13. tapi, punya pacar empat bisa deh dicoba. kapan-kapan. kalau matahari udah terbit dari barat
Hahaha...iya, Man. Sial banget ituh. Parah lu, orang kiamat malah nyari pacar empat, bukannya tobat.
HapusSial mana angka 4 atau 13, kalo angka 4 sial sih itu lebih kearah kepercayaan orang cina sama jepang sana, depan-depanya ilmiah banget. Akhir-akhirnya kamvret..
BalasHapusWah, aku nggak tahu yang ini. Mungkin boleh diadakan pertandingan antara 4 dan 13 untuk menentukan yang mana yang paling sial.
Hapusgambar paling terakhirnya sialan ya hahaha bikin gagal fokus
BalasHapus*pemuja Edward Cullen*
Hapuswkwkw, keren, abis mati malah jadi tambah keren, terus slogan dua koma lebih baik, wkwk, tak terpikirkan sama sekali, mantap :)
BalasHapusIyah, kerennya abis. :ng
HapusTemen ku yang dapet IPK 4.00 malah sial, uda 2 taun belom kerja di tempat yang bonafit jugak.. Gara-gara angka 4 dia jadi sombong plus keras hati. Nyebelin deh. -_-
BalasHapusApalah arti IPK.
HapusDuh, kesian banget. :(
Hapus*harus lebih hati-hati lagi ama 4*
Padahal kalok aku pikir sih bakalan lancar tuh nyarik kerja.. Ternyata enggak jugak..
HapusMungkin harus nyoba di tempat lain, wilayah yang mengedepankan IPK. mungkin.
HapusDi planet mana tuh, Haw?
HapusMasih banyak kok yang begitu di bumi ini. Banyak yang mensyaratkan IPK di atas 3, makin tinggi, peluangnya makin besar. CPNS juga gitu kan? Mungkin suruh dia ikut program beasiswa S2 aja, lumayan itu IPK-nya.
HapusOoo.. Tenang aja. Kalok ada duit, segala permasalahan di atas bisa teratasi :D
Hapus-____-
HapusAwal-awalnya sih keren, nambah ilmu pengetahuan banget. Keliatan kalo postingannya berdasarkan riset. Eh, akhir-akhirnya kamvretto wkwk :D
BalasHapusWa wa wa...padahal dari awal sampe akhir semuanya melalu riset loh. =)D cuma waktu ngeriset kadang bener kadang sangklek.
HapusCiri khas si Haw emang dah. Nggak bisa diragukan lagi. :)
BalasHapusKalo gitu, gue mau nambah pacar jadi 5 biar sempurna. :)) Tapi butuh 4 cewek lagi, nanti sial dong? :( Nggak jadi deh. Huft.
Ending-nya TAEEEEEEE. Kenapa Cedric berubah jadi Edward? Beda film. Njir. -___-
Eh, iya juga ya. Makanya, kemarin kalo pengin punya pacar, mestinya sekalian dua, Yog, jadi tinggal nambah tiga lagi. Lagian dua-duanya kemaren udah nunjukin sinyal iya. *eh iya nggak sih*
Hapus:))
HapusGue anak ke empat, untungnya dari lima bersaudara haha
BalasHapusHiaaa...hayoloh....
HapusYah, jalanin aja dulu, entar kalo terjadi hal yang tidak mengenakkan yang berhubungan dengan status anak ke-4, hubungi gue. Lumayan buat tambahan riset.
Jangan-jangan ini konspirasi Iluminasi (Gerakan para petani yang aku dirikan beberapa bulan kemarin) mas.
BalasHapusAti-ati itu yang komen nomer 4.
Iya. ilumiNASI. :D
Hapuswuahahahha kenapa keren gini sih kalo nulis? ajarinnnnnn :p
BalasHapus*ini nih, penulis rendah hati* *bukunya udah terbait banyak, masih aja minta diajarin* siap-siap, Om. entar aku kirimin email minta diajarin bikin naskah buku. =)D
HapusJepang juga anti dengan angka 4, bahkan nyuguhin makanan gak boleh berjumlah 4.
BalasHapusEh, saya dirumah cuma berempat, pantes gak pernah akur ._.
Coba tanyain keluarga, kak. Boleh ditambahin aku nggak di rumahnya?"
Hapusuntunglah ipk masih dibawah 4 '-'
BalasHapusBagus. Dua koma lebih baik. :-d
HapusIPK 2 koma lebih baik. *toss*
BalasHapus:-bd
Hapus