Assalamu’alaikum...
Uang. Alat pembayaran tersebut selalu menjadi perbincangan, alasan dan tujuan. Diperbincangkan bagaimana cara mendapatkannya, menjadi alasan untuk melakukan tindakan kriminal dan merupakan tujuan banyak orang. Mulai dari rakyat kecil sampai pemimpin besar. Dari yang tinggal di gubuk kecil sampai yang tinggal di gedung besar. Yang kebelet buang air kecil sampai yang kebelet bikin dada besar. Semua perlu uang.
Di negara ini, uang merupakan penggerak pemerintahan. Uang tersebut didapat dari kekayaan negara dan juga dari rakyat. Sejak meluasnya kata ‘korupsi’, rakyat semakin khawatir dengan uang yang diserahkannya untuk negara. “Palingan entar dikorupsi,” begitu dugaan mereka. Rasa khawatir tersebut, ditambah berita korupsi pejabat negara yang semakin terdengar, membuat orang-orang sok peduli berteriak, “Kembalikan uang rakyat.” Salahkah? Belum tentu. Benarkah? Tidak juga.
Pendapatan tebesar negara berasal dari pajak. Mulai dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan maupun pajak jadian. Jumlah uang hasil pajak tesebut kemudian digunakan oleh pemerintah untuk membangun dan memperbaiki berbagai macam hal.
Tiap tahun, pendapatan negara secara keseluruhan bisa mencapai Rp1 kuadriliun. Atau seribu triliun rupiah. Anggaplah itu semua berasal dari uang rakyat dan mesti dikembalikan kepada rakyat. Dengan jumlah penduduk 250 juta, maka tiap tahun, rakyat akan mendapatkan Rp4 juta per orangnya. Atau Rp333 ribu tiap bulannya. Sudah saya hitung pake kalkulator alfalink.
Jadi, jika uang rakyat itu dikembalikan, kita akan mendapatkan jumlah segitu tiap bulan. Itu pun kalo dibagi secara merata. Padahal tidak semua orang membayar pajak. Jumlah yang dibayar pun beda-beda. Bahasa kerennya, yang kaya bakal tetap kaya, yang miskin makin menderita. Karena negara bakal mati. Jalanan tak bisa dilewati. Sekolah dan kesehatan gratis, apalagi. Cuma jadi mimpi.
Ditambah lagi, secara harfiah, kita tidak tahu yang mana yang disebut sebagai uang rakyat. Lihat transaksi orang di pasar, pake uang kertas biasa. Lihat pejabat negara belanja tunai, pakenya uang kertas yang begitu juga. Nggak ada bedanya uang yang digunakan.
Namun, beberapa bulan terakhir, saya melakukan pengamatan terhadap uang kertas tersebut. Ternyata, uang rakyat dan uang pejabat pemerintah itu bisa dibedakan. Bagaimana cara membedakannya?
Kita harus tahu dulu siapa itu rakyat
Menurut buku PKn, rakyat adalah semua orang yang berada dan tunduk pada aturan suatu negara. Jadi, para pejabat dan orang-orang pemerintahan itu juga disebut rakyat. Karena mereka rakyat, ya wajar aja sih kalo makan uang rakyat. Nggak perlu diprotes.
Namun, menurut anggapan umum, rakyat adalah orang-orang yang pekerjaannya tidak mengabdi pada negara secara langsung. Berdasarkan tingkat kesejahteraan, rakyat yang menjadi objek pembelaan tiap demo, adalah orang-orang dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah. Dari hal tersebut, mulai dari sini, orang-orang kecil menengah ke bawah adalah yang dimaksud dengan rakyat. Sepakat aja deh, ya.
Kita juga harus tahu siapa yang disebut pejabat/pemerintah
Di zaman dulu, pejabat/pemerintah adalah orang-orang yang tinggal dalam istana kerajaan. Seperti Angling Darma, Angling Kusuma dan angling aku ngeliat kamu. Kok bisa cantik begitu~ Namun, setelah memasuki era penjajahan, pejabat pemerintahan adalah orang-orang yang pekerjaannya mengabdi atau memperjuangkan kemerdekaan dalam lingkup organisasi kenegaraan secara langsung. Misal, organisasi Budi Utomo, anggota dewan ataupun tentara negara.
Para Pejabat |
Kemudian kita harus tahu ragam jenis uang di Indonesia
Ada uang logam dan ada uang kertas. Uang logam bukan uang utama, karena merupakan bagian terkecil dalam nominal. Serta hanya menjadi ‘pembahagia’ sesaat bagi anak kecil (jajan), orang masuk angin (kerokan) dan pejabat negara (penutup telinga).
Berarti uang yang kita bahas adalah uang kertas. Khususnya uang kertas di masa sekarang. Nah, dalam uang kertas tersebut terdapat nominal dan gambar-gambar para pahlawan. Berdasakan dua hal itulah kita bisa menentukan yang mana uang rakyat dan mana uang pejabat.
Uang kertas Rp100 ribu
Udah jelas, gambarnya seorang presiden dan wakil presiden. Udah gitu ada gedung MPR-nya lagi. Pastilah ini uang pejabat negara.
Uang kertas Rp50 ribu
Bergambar seorang Kolonel TNI Anumerta I Gusti Ngurah Rai, pahlawan dari kabupaten Badung, Bali. Beliau yang memiliki pasukan bernama Ciung Wenara saat melakukan pertempuran habis-habisan (Puputan Margarana). Karena seorang TNI, berarti dia termasuk bagian dari pejabat pemerintah. Maka, uang lima puluh ribuan juga temasuk uang pejabat negara.
Uang kertas Rp20 ribu
Pahlawan nasional bernama Oto Iskandar Di Nata merupakan orang yang tegambar di nominal tersebut. Beliau menjabat sebagai wakil ketua Budi utomo cabang Bandung. Beliau juga pernah menjadi anggota BPUPKI dan PPKI yang dibentuk oleh pemerintah Jepang sebagai lembaga persiapan kemerdekaan Indonesia. Meskipun nggak ada penculikan ke Rengasdengklok, Indonesia bakal merdeka juga.
Setelah merdeka, beliau menjabat sebagai menteri negara yang ditugaskan membentuk BKR dari laskar-laskar rakyat. Karena jabatannya sebagai menteri, uang kertas nominal dua puluh ribuan berarti merupakan uang pejabat negara.
Uang kertas Rp10 ribu
Sultan Mahmud Badaruddin II awalnya seorang pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam di Sumatra Selatan. Saat melawan penjajah, dia ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Jadi rakyat biasa. Karena posisinya yang pernah menjadi pejabat pemerintah dan kemudian jadi rakyat, maka uang nominal sepuluh ribuan adalah uang bersama.
Uang kertas Rp5 ribu
Tuanku Imam Bonjol atau Muhammad Shahab adalah seorang ulama yang memimpin perjuangan bersama rakyat melawan penjajah Belanda. Beliau diangkat sebagai pahlawan nasional dan mendapat penghargaan mewakili rakyat karena perjuangannya. Jelas, ini uang rakyat.
Uang kertas Rp2 ribu dan Rp1 ribu
Pangeran Antasari dan Kapitan Pattimura. Keduanya merupakan anggota bangsawan. Yang berarti pemerintah. Namun, untuk Ahmad Lussy, atau dalam bahasa Maluku “Mat Lussy”, atau Kapitan Pattimura, digambarkan membawa parang. Orang pemerintahan kan nggak bawa-bawa begituan. Berarti seribuan adalah uang rakyat. Dua ribuan adalah uang pejabat.
Uang Kertas Rp500
Udah ah. Kesian. Udahlah hutannya diambil, masa uangnya mau diakuin juga.
Nah, berdasarkan pengamatan tersebut, berarti yang dimaksud sebagai uang rakyat adalah uang seribuan, lima ribuan dan sepuluh ribuan. Jika ada pejabat yang menggunakan nominal tersebut, nyinyirin aja. Tapi kalo ada rakyat yang memakai uang selain nominal tersebut, suruh sadar diri dengan demonya kemarin, yang minta jangan pakai uang rakyat. Toh, dia sendiri pakai uang pejabat.
Jadi, uang kertas yang nominalnya besar adalah milik pejabat dan yang nominalnya kecil adalah milik rakyat. Jika minta dikembalikan, sengsara di rakyat, dong. Entar dikembaliinnya lewat ATM, dikirimnya tiga ratus ribu, yang keluar dari ATM lembarannya lima puluh ribuan dan seratus ribuan semua. Jadi uang pejabat lagi. Kusedih.
Kesimpulannya, uang rakyat tidak mesti dikembalikan, tapi penggunaannya harus tepat dan selalu dilakukan pemantauan. Oh, iya, tahu nggak kenapa kata “Indonesia” huruf “i” yang di depannya besar? Karena EYD. Bukan. Melainkan karena di negara tersebut orang besarnya dikedepankan, yang kecil mah belakangan.
Sumber gambar:
https://bacaankeluarga.blogspot.com/2012/08/sejarah-indonesia-sosok-pahlawan-di.html
https://sp.beritasatu.com/ekonomidanbisnis/rp-512-triliun-penerimaan-pajak-pasti-hilang-siapa-yang-curi/18096
https://www.kompasiana.com/saadillah
https://www.pekanbaru.co/15117/duh-riau-rotasi-pejabat-lagi-ada-apa-rusli/
https://www.twitter.com/shitlicious
https://www.twitter.com/shitlicious
endingnya nyebelin, haha. semoga kedepannya penggunaan pendapatan negara bisa digunakan lebih maksimal, ya, Om *sok bijak banget*
BalasHapusAmin, Om. Itu bukan sok, kok, itu harapan dan doa. ^_^
HapusEndingmu loh haaaa... Nyeseg bacanya :-D
BalasHapusHaahh...endingku.... O_O
Hapuskeren tulisannya, agak absurd. Tetapi bedasarkan sejarah juga. Ternyata uang rakyat dan uang pejabat berbeda. Tergantung warna uang dan sejarah tokohnya. Uang memang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Pertanyaannya, apakah kalkulator alfalink relevan dengan penggunaan fungsinya sebagai kalkulator? Atau bisa jadi alfalink menjadi kamus bahasa inggris?
BalasHapusZikir gak buth uang kok~ jadi nggak segala-segalanya amat. xD Malah fokus ke alfalink-nya. @@,
HapusHahahaha. Wanjir, ini cerdas banget. Ya deh, uang rakyat mah segitu-gitu aja. Gak lebih dari sepuluh ribu. Kusedih. :(
BalasHapus*Natap isi dompet* Iya, Bang. Kujuga sedih. :(
Hapus*Natap isi dompet dan saldo atm* Iya, aku juga sedih :(
Hapushahahaha pemikiran yang unik euy.
BalasHapuspenggolongan uang berdasarkan gambar uangnnya.
mantap juga pemikiran kata Indonesianya.
kalau A nya besar gimana jadinya.
Jadinya indonesiA. entar kalimat penutupnya malah jadi: "Karena di negara tersebut, orang kecilnya disuruh duluan menangani masalah, orang besarnya bersembunyi di belakang" (._.)
Hapushahahaha bisa jadi ya. terus harus gimana dong.
Hapusberarti I besar harus di depan tetep. orang besar harus memipin dengan baik amanah gitu makanya nulis I gedenya harus lurus. :D
Iya. Kalo presidennya masih Sukarno, jadinya begitu, Mang. :-d
HapusHahahaha bisa banget kamu Haw. Aku mah apa atuh, cuman rakyat kecil. Megang uang pejabat negara yang pertama itu cuma sebulan sekali :(
BalasHapusIya. Sama. Eh, tapi kadang berbulan-bulan sekali malah. :|
HapusHahah.. Pengaruh Belanda keknya masih aja jadi momok terbesar Indonesia ya.. Sistem Grace, Glory dan Goldnya bener-bener kebawa.. :D
BalasHapusYah.. Berdoa aja biar ke depannya semakin banyak yang sadar untuk menjadikan Indonesia lebih baik.. Ngga cumak di omongan aja.. :3
Oh...grace itu sama kayak gospel ya....
HapusIya, amin, Kabeb.
Sama, Haw :3
Hapusaku baru tahu... :D
HapusHhahaa itu penjelasan nominal sm gambar di uang nya kereen banget. Bisa pas gitu :D
BalasHapusJiaaahh kayaknya setiap nama negara huruf awalnya pasti huruf kapital dehh -__-
Makanya di semua negara selalu mendahulukan "orang besarnya" kan? @@,
HapusIya juga yaaa..
HapusJadi ini yg salah aku atau kamu sih? :D
Cewek ya gini, suka banget nanyain siapa yang salah....
HapusHahahaaaa :D
Hapuswalaikum salam. *sungkem*
BalasHapuselah itu kesimpulan, bikin saya sadar, ternyata bukan cuma EYD tapi ada arti lain didalemnya, haw.
jadi, bayar pajak untuk siapa 'sebenernya' ? haha
Ini lah hidup, Er. Banyak sekali misteri yang ikutan nyelip.
HapusUntuk negara, biar penduduknya nggak hanya menatap harap pada senja. =)D
selain misteri yang ikut nyelip, uang ngeara juga ikut nyelip kali yak? haha
Hapusokesip, lemah saya~
Iya. Gak sengaja keselip kali, ya~ hahaha
Hapusampun, Er... aku becanda, kok~
Bentar-bentar... Itu 4 juta per tahun kalau dikonversi ke bulan bakalan jadi 333 ribu, trus masih ada lebihnya 333,3333 rupiah. Emang dikit sih, tapi coba aja dikali sama 250 juta penduduk Indonesia, nah itu bisa jadi 83.333.332.500 rupiah.
BalasHapusEh ini bacanya gimana sih? Delapan puluh tiga milyar tiga ratus tiga puluh tiga juta tiga ratus tiga puluh dua ribu lima ratus rupiah bukan sih? Udah aku hitung pake kalkulator hape nih. Tapi gak gitu ngerti cara bacanya gimana. Belum pernah nemu uang sebanyak itu.
Nah, adapun hikmah yang bisa aku petik dari artikel ini adalah: kalau mau korupsi 333 rupiah per penduduk aja hasilnya udah lumayan banget. Bisa dapat 83 milyar lebih per bulan. Apalagi dosanya, pasti banyak banget #eh xD
Malah fokus pada besarnya keuntungan korupsi meski hanya 300 rupiah. Berbakat banget jadi kotak sumbangan infomaret dan aldamart. Mereka juga memiliki cara pandang yang sama. |o|
HapusY.
HapusHarga ketapelnya berapa, Mbak?
Hapuswah kalau dilihat dari gambarnya, jelas uang rakyat itu yang kecil kecil ya mas nilainya :D
BalasHapusIya. Begitu. Yang nominalnya gede pake jas dan dasi, lagi.
HapusKalo saya pakai uangnya dalam bentuk kartu, gak tau ya itu uang rakyat atau pejabat..
BalasHapusDan kenapa orang besarnya dikedepankan?
Apa mungkin orang besarnya lebih rapuh dan lemah dari yang kecil?
Itu uangnya robot. (._.)
HapusDiutamakan. Mau rapuh atau kuat, yang penting hidupnya mereka nyaman dan dilantjarkan.
Si kampret ini emang jago observasi, ya. :))
BalasHapusTapi tetep, banyak kalimat yang ngeselin. -___-
Overall, tulisan ini keren banget, Haw. Bener-bener nggak kepikiran buat nulis ini.
Apalagi yang huruf "i" itu kenapa besar? Bukan soal EYD emang. Gue kira karena dikasih silikon. Ya Tuhan, gue barusan ngetik apa. :(
Kampret is sejenis kelelawar is sejenis vampire is sejenis Edwart Cullen. :-d
HapusEh iya ya... pantes itu itu girlband seven silicon anggotanya gede-gede ya~
APANYA YANG GEDEE??
HapusHmmm.... kayaknya Yoga pernah menjalani operasi silikon pada payu---- oke skip. Udah mau bulan puasa.
HapusYANG GEDE APANYA INI ?
HapusUSIANYA~ :p
Hapus.... DARA
Hapusanalisisnya Keren, bang.
BalasHapusTapi gue jadi sedih..
uang rakyat dan pejabat juga bisa diliat dari baju para tokoh digambar uangnya. Yang nominalnya gede pakaiannya berjas dan berdasi. Terlihat cocok untuk pejabat.
Dan yang bawa" parang memang cocok terlihat jadi rakyat
Tapi Kira" kalo gambarnya ditukar, apakah bisa menguntungkan rakyat, ya? :p
wah... kritis sekali. :-d Boleh nih dilakukan percobaan.
Hapushahahaa . . uang rakyat mentok di 20 ribuan . .
BalasHapusiyalah . . rakyat kecil emang harus belanja yang harganya 20 rbuan kebawah aja . . nggak perlu sampe ngeluarin 50 ribuan/100 ribuan . .
Belanja sayur, paling cuma 10 ribu. . beli toprak paling 5000 . .
yang 20 ribu keatas, palingan waktu bayar pajak sama listrik . . jatuhnya ke kantong pejabat lagi kan . .??
Wah, iya, bener juga kamu, Ka. |o|
HapusWaalaikum salam
BalasHapusMerdeka itu kalau uang yang gambarnya Soekarno Hatta ada banyak di dompet, udah gitu aja. Merdeka!!!
ahahahaha.... :D
Hapuswah bisa dijabarin gitu ya. tapi kan jenis uangnya beda-beda gitu. udah berapa kali diganti corak dan pahlawannya. dulu 50 ribu itu WR. Supratman kan? dia pejabat bukan sih?
BalasHapusfoto yang terakhir lagi ngetrend tuh. kudu diselidikin. undang ke 86. Biar lebih jelas itu 86 settingan atau bukan
Kan dah dibilangin, ini khusus uang kertas sekarang. Eh tapi meski pake uang lama, tetep aja sih, 50 ribuan kan pak Harto dan WR Supratman, masih bagian pejabat pemerintahan. 20 ribuan juga pegawai negara.
HapusKalo masuk 86 ya jadi settingan. Meski awalnya bukan.
cara nulisnya keren, pembicaraan sola memang biasanya selalu sensitif. namun pada tulisan ini menjadi pembahasan yang ringan dan ngga monoton tapi tujuan intinya tetap tersampaikan :D hoho.
BalasHapusSemoga harapan kita akan uang-uang itu untuk dipergunakan dengan tepat dilaksanakan oleh para manusia yang memegang status sebagai pemerintah dan pejabat :)
wah, terima kasih~
Hapusamin. meskipun tindakan salahnya masih banyak, tapi harapan cerah bagi Indonesia selalu ada.
Kayaknya pemerintah harus membuat sebuah program biar rakyat pada jadian. Lumayan kan dapet pajaknya.
BalasHapusWajib Punya Pacar gitu? O_o
HapusSelalu luar biasa kalau udah nulis. Makasih bang Haw
BalasHapusIdenya out of the box min, kirain bakalan bahas uang pajak alurnya gimana biar bisa dipake buat kesejahteraan rakyat dan ternyata it's all about money, jadi orang biasa cuma dapet 1000, 5000, sama 10 ribu ya. hehe :)
BalasHapusBlognya udah gue follow ya min, follow back ya. Thanks.
Salam kenal ya
Agung Kharisma
Daily Blogger Pro