Assalamu’alaikum..
Untuk meyakinkan seseorang atau untuk
melakukan kesepakatan bersama, biasanya kita melakukan perjanjian. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, janji merupakan ucapan atau kesepakatan antara dua
orang atau lebih yang menyatakan kesanggupan dan kesediaan untuk melakukan
sesuatu. Dalam pemenuhannya, janji terikat oleh keadaan atau waktu tertentu.
Misalnya, akan memenuhi janjinya setelah dia mendapatkan sesuatu, atau akan
memenuhinya pada tanggal tertentu di hari mendatang.
Karena tindakannya terikat oleh waktu dan
orang lain, janji biasanya disamakan dengan utang. Orang yang berutang wajib
melunasi utangnya, begitu pun dengan janji.
Tapi kenapa saat berjanji, banyak yang nggak menepati?
Karena dalam istilah akuntansi, utang adalah
meminjam pada orang lain yang dilakukan oleh diri sendiri. Jika orang lain yang
meminjam pada kita, disebutnya piutang. Saat menagih pinjaman kita pada orang
lain, itu namanya menagih piutang.
Kalo janji disamakan dengan utang. Jadinya,
janji adalah kesediaan kita melakukan sesuatu, dan orang lain yang menagih.
Masalahnya, nggak ada istilah pijanji, yang mana orang lain yang bersedia
melakukan sesuatu dan kita yang menagihnya. Sehingga, ketika kita menagih
janji, artinya kita menagih kesediaan kita sendiri. Itulah mengapa, saat
menagih janji orang lain, dia meminta kita bersedia memaafkan atau bersedia
memanjangkan waktunya. Mestinya ada pijanji.
Namun, janji dan utang ini sebenarnya nggak
bisa disamakan. Di sekolah dasar dulu, ada istilahnya janji murid. Kalo janji
adalah utang, maka janji murid isinya bukan tentang kesediaan menuntut ilmu dan
disiplin, melainkan kasbon ibu
kantin. Ditambah lagi, janji kalo benar-benar tidak mampu ditepati (misal
mengalami musibah, sakit dan sebagainya), atau janjinya berupa tindakan yang
dilarang (seperti berjanji akan mencuri) atau ada unsur paksaan, janjinya
tersebut boleh nggak ditepati. Tapi utang, nggak bisa begitu. Harus dilunasi.
Bahkan bunganya—yang di luar angka utang itu—harus dibayar pula. Walopun bayar
bunganya itu bisa disebut kepaksa.
Berbicara
tentang utang, jadi keinget acara di Indosiar
Namanya Mikropon Pelunas Utang. Jadi di acara
tersebut, akan dihadirkan dua orang dengan permasalahan utangnya. Disuruh menceritakan
berapa jumlah utangnya dan kenapa sampai berutang. Saat bercerita, dibuat
sedramatis mungkin. Dua kontestan tersebut diminta untuk bernyanyi, yang
menurut juri lebih bagus (entah bagus nyanyinya atau bagus cerita sedihnya),
akan maju ke babak bonus.
Di babak bonus, dia harus memilih/menebak
satu dari tujuh atau sepuluh mikropon, mana yang menyala. Kalo benar, semua
utangnya akan dilunaskan. Kalo salah, akan diberi uang satu juta. Iya, kayak
judi, sih, jadinya.
Dari komentar orang yang nonton sekilas,
mereka mengecam acara tersebut. Menjual dan mengadu penderitaan orang lain,
katanya. Mana di akhir nggak beneran dilunasi, tapi mesti nebak-nebak. Namun,
bagi yang menonton tiap hari, dikatakan acara tersebut sangat menyentuh.
Mengajarkan kalo ada yang lebih menderita, sehingga kita patut bersyukur. Dan
bagi peserta, acara tersebut merupakan harapan. Menang atau kalah, bisa
mendatangkan donatur lain yang mungkin peduli. Terlebih, jika sampai babak
bonus, mereka jadi punya tambahan sejuta untuk hidup.
Namanya juga pandangan, masing-masing orang
punya penilaiannya sendiri. Terlepas pandangan orang terhadap acaranya, saya
lebih fokus pada siapa yang pernah hadir di acara tersebut. Mulai dari artis
besar, sampai menteri Indonesia pernah dibuat sesenggukan. Menurut saya,
menteri yang hadir tersebut harusnya bukan sebagai juri, melainkan sebagai
peserta. Sekalian juga ajak bapak presiden.
Lumayan kalo sampe benar di babak bonus.
Utang Indonesia bisa lunas. Cerita menyedihkannya? Ada. Gegara utang luar negeri
Indonesia, masyarakatnya sampai berharap pada acara seperti itu dengan membuang
harga diri dan membeberkan aibnya. Tanpa mau meminta bantuan negara yang emang
kalo meminta pun, nggak bakal dipeduliin. Padahal ketika musim pemilihan, udah
berjanji akan menyejahterakan. Kurang menyedihkan apalagi coba?
Karena janji pemimpin pun banyak yang tidak
ditepati, ditambah lagi banyak orang yang tidak menepati janji-janji manisnya,
orang-orang jadi tidak suka pada siapa yang berjanji. Mereka mengatakan, “Lebih
baik yang memberi bukti, bukan janji.” Serta juga, mereka jadi nggak mau
berjanji karena nggak yakin bisa menepati.
Padahal,
janji itu lebih penting daripada bukti
Kenapa? Biar ada alasan buat menagihnya. Kalo
dia nggak pernah berjanji, apanya yang mau dibuktikan? Misal, kita milih
pemimpin karena melihat di kedudukan dia sebelumnya menunjukkan hal yang
membanggakan. Ketika jadi pemimpin, kok, dia nggak banyak membuat terobosan
yang membantu rakyatnya? Cuma numpang nama dan ngurusin hal-hal standar bernegara.
Kita mau demo gimana? Mau menagih apaan?
Nagih hal yang nggak pernah dijanjikan, entar dijawab, “Kan saya ngak pernah
janji.”
Dari itulah, janji itu sangat penting. Memang
susah untuk menepati janji, tapi bukan berarti kita nggak boleh menjanjikan
sesuatu pada orang lain. Jangan kebanyakan aja janjinya.
Sebab sulitnya menepati janji, makanya orang yang nggak mau berjanji, juga nggak boleh menagih janji orang lain
Kenapa? Dengan dirinya saja dia tidak
percaya, bahkan merasa tidak pantas berjanji. Masa mau meminta orang lain untuk
percaya kalo dirinya sangat pantas menerima janji yang orang lakukan dengan
segenap kesungguhan. Janji itu berat, sakral, menghargai kesakralannya bukan
dengan cara nggak mau berjanji, melainkan jangan mengumbar janji yang emang
diniatkan untuk main-main.
Dan yang paling utama, bedakan mana yang bisa
disebut janji dan mana yang bukan. Orang zaman sekarang banyak yang beranggapan
asal menyebut kalimat yang mengandung kata “janji” dianggap harus ditepati.
Padahal tidak demikian. Ada yang bisa disebut janji, ada yang bisa disebut
omong kosong.
Janji
itu diucapkan dengan tujuan kebaikan bersama, kalo mendatangkan keburukan, itu
omong kosong hitungannya
Misalnya seperti kejadian beberapa tahun
lalu, seorang wanita pendukung MU yang berjanji di media sosialnya, rela
diperkosa kalo dalam pertandingan kala itu MU yang didukungnya kalah. Tujuannya
aja tidak baik, mana pantas itu disebut janji. Uniknya, ketika MU kalah, ada
aja orang yang menagih minta gilirannya sambil berdalih bawa ayat suci kalo
janji harus ditepati. Apaan.
Juga kalo masih ingat ama Pak Joko Anwar di
tahun 2009. Waktu itu beliau berjanji akan telanjang di Circle K kalo
followernya tembus tiga rebu. Ketika beneran tembus, orang-orang pada menagih
janjinya. Padahal yang begitu mah bukan janji, omong kosong. Make bikini aja di
pusat perbelanjaan udah melanggar etika. Beli obat di apotek cuma pake sempak
aja ditangkap, kan? Berarti janjinya tersebut nggak baik. Nggak perlu ditepati.
Tapi kenapa Joko Anwar tetap saja mau
melakukannya? Padahal perintah Tuhan kalo isi janjinya tentang hal buruk,
sebaiknya tidak dilakukan. Tuhan loh itu yang menganjurkan. Terus kenapa nggak
dituruti anjuran Tuhannya? Ya, kan, Mas Joko Anwar itu… … …. Pengabdi Setan.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sutradaranya.
Sumber
gambar:
http://www.bintang.com/celeb/read/2928284/joko-anwar-hidupkan-kembali-film-pengabdi-setan
http://penyejukjiwa.com/setia-sampai-mati/setia-sampai-mati/
http://www.indosiar.com/shows/mikrofon-pelunas-hutang
http://yusranyahya.blogspot.co.id/2016/09/tuntut-diangkat-pns-ribuan-thl-tb.html
AKHIRNYA SADEEES. Meskipun bukan seorang yang ngikutin film, tetep ngakak setelah tau latar belakang Joko Anwar adalah seorang ... ya, itu deh. xD
BalasHapusDulu banget pernah jadi twit kalau nggak salah ya? Gara-gara twit itu sedikit kepikiran sih, yang menagih janji. Selama ini aja sering merasa nggak menepati janji. Janji, lho, bukan omong kosong. Soalnya niatnya untuk kebaikan. Nyesel banget banyak janji yang terlewat begitu aja. :(
Waktu sekolah namanya Janji Siswa. Aduh, kalau diingat lagi sampai sekarang, bahkan sampai statusnya jadi "mahasiswa", udah banyak janji yang dilanggar setelah janji itu diucapin setiap Senin pagi setiap upacara.
Untuk kali ini, komen saya aman dari putusnya koneksi internet. :))
Yang penting ngikutin jalan yang lurus biar masuk sorga, Rob..
HapusIya. pernah kujadikan twit, udah kebiasain sih. Apa2 yang muncul jadi ide biasanya kutwit dan kulike, gak biasa kutulis di note soalnya. Yah, dicoba pelan2 aja. janji satu, tepati, janji lagi tepati. gitu2 aja lah entar.
Aku sebenernya belom pernah dapet sekolah yg mengharuskan ngucapin janji siswa sih, itu taunya dari sekolahnya temen. :D
Kalau kata Icha, penutupnya BIJINGSEK sekali!
BalasHapusGara-gara tulisan ini aku jadi mikir ulang, ternyata janji itu memang penting. Sejak lahir ke dunia, manusia pun sudah dijanjikan surga dan neraka oleh Tuhan.
Tapi ada yang lebih penting selain janji, yaitu tidak berkata "ah" kepada kedua orang tua.
Itu komennya akang juga udah kayak Icha, "bikin aku mikir" "bikin aku ingat" "bikin aku.. ..." :D iya kang. tanpa ngasi bukti surganya seperti apa.
HapusWah, luar biasa sekali sarannya kang. :-d
Nah, kan. "Bikin aku mikir" itu persona Icha banget, ternyata ada yang ngeh juga. Hahaha
HapusSaya orangnya peka soalnya, Kang. :D Modal buat nge-impersonate kelak.
HapusYah kenapa pas terakhir ada tuh orang sih wkwkwkwk
BalasHapusSepertinya selain rakyat, wanita adalah makhluk yang paling kenyang akan janji-janji. Katanya sih kalo si pria engga pernah ngasih janji tandanya hubungan itu engga ada komitmen. Ya meskipun ada janji-janji yang disebabkan keterpaksaan sih.
Well, mau itu sebuah janji atau sebuah omong kosong, sebaiknya harus lebih berhati-hati deh, kasian, udah bikin orang ngarep :( - emak
Emangnya kenapa kang asep? :D
HapusHahaha.. iya, gegara kepaksa, jadinya janji. tapi karena kepaksa, susah ditepati. dianggap lelaki yg berjanji itu gabaik. tapi kalo gak janji, dibilang gak komitment. siklus yang tiada hentinya.
Bener, kang asep, dan seperti kata rido, saran emak tersebut gaboleh dijawab dengan "ah".
SUKA SAMA ENDINGNYAAAA. HUAHAHAHAHA. Haw emang jagonya kalau masalah ending. Semoga segera happy ending ya sama anuannya. Yuhuuuuu~
BalasHapusPostingan ini bikin aku ingat sama drafku, aku review film terus ada ngomongin soal Mikrofon Pelunas Hutang juga. Lebih ke gaya hostnya sih, si Okky Lukman yang berusaha keras terlihat sedih biar penontonnya jadi larut sama kisah sedih pesertanya. Mau aku lanjutin tapi kok udah hilang feel-nya udah hilang. Lagian bakal jadi menye-menye. Padahal aku janji sama diriku sendiri kalau bakal kelarin draf-drafku. Baru yang Celeste and Jesse kemarin yang aku kelarin. Huaaaaa. Janji sama diri sendiri aja susah ditepatin :( Dan bikin aku keingat janjiku sama kamu. Huaaaaaaaa. Waktu itu pernah janji terus nggak aku tepatin. :(((((((
OH iya, ku juga jadi ingat dialog di serial drama India tadi pagi. Ada adegan dokternya bilang kalau dia nggak bisa ngejanjiin apa-apa karena dia nggak mau memberi harapan palsu. Dan ya, janji adalah harapan. Kita nggak bakal berani berharap kalau nggak dikasih harapan. Sama aja kayak kita nggak berani nagih bukti kalau nggak dikasih janji. Gitu kan ya, Haw?
lanjutin aja chaaaa... aku mau bahas lebih jauh tapi entar kepanjangan. gatau kenapa akhir2 ini kalo update blog aku suka kepanjangan. dulu biasanya maksimal sampe 700 kata. sekarang bisa 1200an kata. janji apaan emang kamu ke aku, Cha? prasaan kagak ada deh.
Hapuspagi2 nonton india? berasa tahun 90an banget dengan inspektur vijaynya. :D justru dengan begitu pasien/keluarganya bakal down, kan? org diharapkan malah bilang begitu. bahkan dalam ajaran islam dikatakan, jika ditanya keadaan, anjurannya bilang baik. karena itu memberi ketenangan dan bisa jadi doa pula. keinget cerita nabi Muhammad menjelang wafatnya, sahabat bertanya bagaimana keadaannya, dijawab, baik-baik saja. yah, janji bisa jadi harapan, tapi bukan untuk dijadikan mainan untuk sembunyi dari kesalahan.
biasanya klo pedekate sama cewek suka janji2 nihh -__-) duhhh,.
BalasHapusYang penting ditepati aja lam. ngerasa ketipu itu kan gaenak. inget2 lagi pengalaman pas beli Pallu Basa. :ng
HapusKayaknya utang negara juga ga akan kebantu dengan acara stasiun televisi swasta tersebut. Hahaha..
BalasHapusKita tidak pernah tahu jika belum mencoba karena untuk melunasi utang tidak hanya dgn kerja kerja kerja, bisa juga dengan nyeritain kesedihan. :(
HapusGue malah ngakak tiap denger atau nonton Mikropon Pelunas Utang sampe bikin podcastnya *promo Muahaha.
BalasHapusITU TAPI KENAPA ENDINGNYA DIBAWA-BAWA YAA JOKO ANWAR. Gue sempet liat videonya sih yang dia ke Circle K. Tapi pas dia bikin janji gue kayaknya belum ngerti main twitter. Muahaha. *nangis di pojokan
Aku belom dneger Di. pas kuputer gada suaranya soalnya. ntra dicoba lagi.
HapusHahaha.. kita masih sibuk di ranah pesbuk di tahun tersebut. :D
krn janji bukan utang shg banyak yg suka janji tp dingkari sendiri, wong utang saja suka malas bayarnya
BalasHapusIya, begitu. Kalo janji adalah utang, berarti mereka bisa bayar pake janji aja.
HapusIyadong kalau udah berjanji harus berani menepati, jangan cuma omong kosong aja
BalasHapusJustru saya di atas malah bilang kalo nggak nggak apa kalo nggk nepati janji dgn keadaan tertentu. @@,
HapusWa'alaikumsalam..
BalasHapusAku ko baru tahu dan denger ya, Mas, acara Micropon Pelunas Hutang. Jadi penasaran, di youtube ada gak ya, pengen tahu aja, sih. Coba di cek nanti lah...
Baiknya sih, kalau udah janji harus di tepati, jangan cuma ngomong aja, setelah terjadi kabur..
Tapi omong kosong yang dilontarkan diatas, seperti halnya mau telanjang itu,betul kalau buruk itu gak usah dilakukan. Dan aku baru tahu kalau J Anwar itu pengabdi setan. Emang, bener gitu ya, Mas?
Di yutup gak lengkap Mas, mending nonton di tipinya aja sekali. xD
HapusTergantung apa yg dijanjikan dan bagaimana keadaannya di saat hari perjanjian itu.
Hahaha... coba cek aja di google dgn keyword, joko anwar pengabdi setan. :-d
Coba aku cek dulu di si mbah google deh, Mas. Penasaran..he
HapusSekarang kalau nonton TV suka males, banyak iklanya..haha
Dan, banyak film yang kurang suka :D
Hahaha... Acara begitu doang padahal.
HapusYagimana, iklan itu seperti pajak bagi pemerintah. untungnya dari sana. :D
akhirnya rasa penasaranku sama awal-awal acara si mikrofon ini terjawab sudah :D
BalasHapuskalau nonton mesti pas udah mau selsai. sempet bingung ini acara 2 jam ngapain aja? wkwk
mana paling males kalau pas suruh nyanyi di depan mik, terus didramatisir lama banget
haha, endingnya harus sang pengabdi setan banget yak? XD
Hahaha... acaranya dianggap bagus ama org rumah yg berpikiran positif sih. makanya banyak yg masih nonton. punya keinginan buat ikutan biar utangnya lunas juga sih.
Hapusiya, dramatisirnya keterlaluan banget. aib loh itu.
baru tau ada acara ini di tv. jujur, stasiun tv itu adaalah stasiun tv yang paling saya hindari. hahaha karena caranya terlalu lebay dan durasinya rata2 terlalu lama. males nontonnya hahahaha
BalasHapussetuju sih, mirip judi. kebayang malu banget tampil di situ. etapi ya demi beban berat bernama hutang. tetep dilakuin..
ngakak baca endingnya. hahaha emang nih, howhaw paling pinter bikin ending.
Hahaha... saya juga Sha. dulu sih paling ditunggu ketika hari minggu.
HapusIya, orang menaruh harapan lebih besar dibanding beban yg mungkin membuatnya malu. :)