Assalamu’alaikum…
1.1 Latar Belakang
Buku diibaratkan sebagai jendela dunia. Dengan membaca buku, kita seolah bisa melihat seisi dunia dengan mudah. Layaknya duduk dan menatap ke luar jendela. Namun, yang namanya jendela, bisa juga kotor dan burem. Belum lagi kalo jendelanya jenis jendela nako yang biasanya pake kaca item. Bikin nggak jelas dan malah menimbulkan prasangka dan praduga. Begitulah kalo mendapatkan buku yang kurang baik.
Syukurnya, buku-buku yang seperti kaca burem itu jumlahnya tidak banyak. Sehingga dalam membaca buku, tidak perlu muncul perasaan khawatir. Palingan yang perlu dipertimbangkan adalah selera pribadi. Suka jendela yang menampilkan laut, gunung, pasar, jalan raya atau sawah.
Sejak tahu begitu bermanfaatnya membaca buku, saya sejak sekolah dasar selalu berusaha untuk terus membaca. Di luar membaca kitab suci (ngaji) magrib dan subuh yang emang diharuskan oleh orang tua—kalo nggak, bisa dipukul—saya juga berusaha membaca hal lainnya sebanyak-banyaknya. Namun, karena tidak memiliki buku lain di rumah selain buku tulis dan buku gambar, saya mencari alternatif lain dengan membaca komposisi balsem, indikasi obat, aturan pakai, dan sejenisnya yang ada di bungkus suatu produk.
Berdasarkan alternatif bacaan yang saya lakukan, saya jadi lebih tahu aturan menggunakan produk tersebut. Ini penting, loh. Misalnya obat yang dibungkusnya ditulis harus diminum tiga kali sehari, dan sekali minum ada tiga butir obat, tidak boleh lebih. Karena tidak membaca aturan tersebut, nenek saya pernah lupa minum obatnya satu waktu. Jadi dia minum pagi doang, siangnya lupa. Ketika malam, beliau meminum 6 butir obatnya buat ngerapel yang siangnya. Jadinya? Beliau mabuk, pusing dan muntah. Mau sembuh malah makin parah. Memang, ya, sebaik apa pun suatu hal, kalo tidak sesuai takaran atau berlebihan, malah akan mendatangkan ketidakbaikan.
Dari kejadian itu juga, saya jadi tahu kalo menilai sesuatu dari bungkusnya itu boleh. Kalo nggak baca bungkusnya, nggak baca cara penyajiannya, bisa-bisa pas bikin indomie goreng, masaknya pakai minyak goreng sepanci seperti di iklannya tahun 90-an.
Merasa sudah bosan dengan bacaan pada bungkus produk, saya menguatkan diri untuk memiliki bacaan lain. Kemudian koran jadi pilihan, tapi karena nggak ngerti berita yang disajikan—masih SD suka pusing baca berita koran—mau tidak mau saya harus mencari bacaan yang benar-benar cocok dan menambah pengetahuan saya. Membaca sebagaimana orang lain membaca. Buku. Agar bisa mengetahui isi dunia.
1.2 Permasalahan
Sama seperti masalah orang lain pada umumnya. Mau membaca, tapi nggak punya buku. Mau beli, yang jual nggak tahu di mana. Uangnya juga nggak ada. Dari itu saya harus mendapatkannya dengan cara lain. Sudah mencoba dengan meminjam, tapi nggak dikasih. Pergi ke perpustakaan sekolah, eh, di sekolah dasar saya perpustakaannya terkunci sepanjang tahun.
Waktu itu saya kelas 4 SD, ketika mengunjungi teman di kelas 3, saya melihat di depan kelasnya ada lemari kecil yang hanya tertutup kain seperti hordeng jendela. Di dalamnya ada buku Penjaskes dan Bahasa Indonesia, nggak tahu terbitan mana, kurikulumnya kalo nggak salah 1994 dan tertulis untuk kelas 4. Itu kenapa buku kelas 4 ada di kelas 3 dan kenapa selama sekolah nggak pernah dibagiin?
Melihat jalan takdir buku kelas 4 yang nyasar ke kelas 3 tersebut, saya memiliki rencana untuk mengambilnya kemudian menjadikannya bacaan. Tentunya tanpa sepengetahuan orang (mencuri), karena lemari kecil tersebut seolah angker. Nggak ada siswa lain yang mau membukanya. Ketutup kain doang padahal.
1.3 Tujuan
Mencuri dijelaskan oleh guru adalah tindakan tercela. Tidak boleh dilakukan. Kala itu saya berpikir, selama nggak ada yang tahu, label mencuri nggak bakal melekat. Untuk itu, pencurian buku ini nggak boleh ada yang tahu.
1.4 Tinjauan Fenomena
Kenapa bisa saya berpikir kalo mencuri itu nggak apa-apa selama nggak ada yang tahu? Padahal Tuhan selalu mengawasi, kan? Begini, ketika mengikuti pengajian, seorang ustaz pernah mengatakan bahwa mencuri yang dibolehkan itu adalah mencuri yang tidak merugikan orang lain atau malah membahagiakan orang lain.
Misalnya mencuri ilmu. Sebanyak apa pun ilmu yang dicuri, orang yang kecurian tidak akan merasa kehilangan. Kecuali di anime Boku No Hero, quirk (ilmu) kalo dicuri oleh all for one, ilmunya jadi hilang. Hebatnya, waktu SD saya bukan karakter anime, jadi nggak masalah mencuri ilmu. Nggak bikin orang lain rugi.
Buku itu gudang ilmu, mencuri buku, kan, artinya mencuri banyak ilmu. Harusnya nggak apa-apa, kan. Begitu pola pikir saya kala itu. Toh, buku yang dibiarin jadi pajangan begitu saja nggak ada yang peduli. Nggak ada yang bakal rugi. Makanya saya jadi yakin untuk mencuri buku.
Kalo dipikir-pikir lagi, selain ilmu, mencuri hati seseorang juga sepertinya diperbolehkan. Karena yang dicuri hatinya akan merasa bahagia. Yuk curi hatinya, yuk~
1.5 Metode Pencurian
Supaya tidak ketahuan, saya harus menciptakan kondisi yang dianggap biasa oleh orang lain. Mencuri buku di jam istirahat sekolah itu nggak mudah. Harus menunggu kelasnya kosong dan ketika keluar kelas nggak dicurigai. Bawa buku curiannya juga susah. Kalo membawa tas ke kelas 3 di jam istirahat itu, kan, mencurigakan banget.
Dari itu, selama seminggu saya membuat orang lain terbiasa melihat saya membawa buku di dada, di dalam baju. Itu, loh, biar bukunya nggak kelipet, dimasukin dalam baju, tentunya pake baju lapis di dalamnya biar bukunya nggak basah kena keringat. Jadi bukunya berada di antara baju dalam dan baju seragam dan membuat dada terlihat jadi persegi.
Selama seminggu membiasakan seperti itu. Ketika ditanya, kenapa membawa buku terus, saya jawab untuk belajar di mana saja karena menjelang ulangan dan untuk main pesawat-pesawatan dengan cara menyobek buku yang dibawa. Biar cepet mainnya, nggak perlu bolak-balik kelas.
1.6 Analisis dan Hasil Tindakan
Ketika semua orang-orang di kelas 3 dan 4 udah terbiasa dengan tindakan saya tersebut, saya mulai melanjutkan serangan. Ketika jam istirahat, saya melintas di depan kelas 3, kosong. Namun, ada beberapa orang yang hendak masuk. Saya harus sabar. Berdasarkan hukum Kirchoff, jumlah arus yang masuk akan sama dengan jumlah arus yang keluar. Pada kasus ini pun memiliki pola yang sama.
Jumlah orang yang masuk, harusnya sama dengan jumlah orang yang keluar agar kelas benar-benar kosong. Siswa yang masuk tadi jumlahnya empat orang, yang keluar baru tiga, artinya ada satu orang lagi di dalam. Saya tetap sabar menunggu. Ketika satu orang tadi sudah keluar, saya langsung masuk ke ruang kelas tiga, membuka hordeng lemari kecil tempat bukunya, melirik ke arah pintu sebentar, dan memasukkan dua buku yang ada ke dalam baju. Paket Bahasa Indonesia dan Penjaskes.
Setelah itu, saya kembali menutup hordengnya, keluar dengan gaya dibiasa-biasain walo gugup dan gemetar banget. Apalagi dada kotak saya mendadak bengkak seperti dapat suntikan silikon akibat buku Bahasa Indonesianya tebal banget. Sesampainya di kelas, saya langsung memindahkan buku-buku tersebut ke dalam tas dan mencoba memperbaiki napas. Ternyata melakukan tindakan di luar aturan (nakal) itu bikin napas nggak beraturan dan berat. Oh, pantesan itu di pidio yang berisi rekaman “siswa nakal”, orangnya bernapas berat nggak beraturan. Uh ah ah ah uh ah uh. Kalo beraturan, mestinya napasnya berima A-B-A-B atau A-A-A-A.
Sepulang sekolah, saya membaca buku-buku itu dengan gembira. Di dalam paket Bahasa Indonesia ada banyak penjelasan tentang kalimat dan cerita. Ada cerita kancil, ada cerita kaktus, ada pantun tentang ayam, kata baku dan tidak baku, serta juga penyusunan kalimat S-P-O-K. Buku pelajaran, sih, emang. Namun, ketika akhirnya mendapatkan bacaan, senangnya bukan main.
Di buku Penjaskes ada penjelasan tentang pembuatan kakus, penjelasan tentang penyakit rabies dan urutan gerakan senam. Saya membacanya berulang kali sampe seperti hafal di luar kepala.
Apakah dari hasil mencuri itu ada manfaatnya? Ada.
Dua tahun kemudian saya merasakan manfaat membaca buku curian tersebut. Ketika ujian akhir kelas enam, ternyata soalnya banyak yang keluar dari buku Bahasa Indonesia kelas 4. Teman-teman saya yang nggak dapat bacaan di buku itu terlihat pusing. Seingat saya soalnya tentang melanjutkan pantun yang baris terkakhirnya berbunyi, “sungguh malang si musang kena sepak … ...” Pilhannya ada induk ayam, anak ayam, mati tenggalam, dan lupa apalagi.
Karena melihat siswa pada bingung, dan ada yang ngeluh, pengawas ujiannya dulu membantu menjawab. Namun, beliau memberi jawaban yang salah. Katanya mati tenggelam adalah jawaban yang benar, padahal di buku Bahasa Indonesia kelas 4 tertulis jelas kalo lanjutannya itu induk ayam. Teman-teman lain pada percaya aja ama itu pengawas meskipun saya sudah memberi tahu mereka. Di situ saya makin sadar, kalau menyebarkan hoax itu jauh lebih berbahaya dibanding mencuri, yang dirugikan banyak bangeeeeeetttt.
Ketika hasil ujian diumumkan, nilai Bahasa Indonesia saya paling tinggi di antara lainnya, walo nggak masuk lima besar, tapi sepuluh besar saya dapat, kok. Apa itu boleh disebut dengan berkah anak mencuri?
1.7 Kesimpulan dan saran
Berdasarkan pengalaman saya mendapatkan keuntungan dari membaca, baik membaca buku atau pun membaca komposisi di bungkus produk, saya bisa menyimpulkan bahwa mencuri itu kata dasarnya adalah curi. Jadi, kalo ada orang yang kehilangan dan bilang,
“Uangku ada yang nyuri, nih, pasti di rumah ini ada pencurinya.”
Itu yang salah bukan pencurinya, tapi “nyuri”-nya. Karena selain huruf K, P, T dan S, ketika diberi awalan, huruf depannya nggak melebur.
“Uangku ada yang nyuri, nih, pasti di rumah ini ada pencurinya.”
Itu yang salah bukan pencurinya, tapi “nyuri”-nya. Karena selain huruf K, P, T dan S, ketika diberi awalan, huruf depannya nggak melebur.
*) Tulisan ini diikutsertakan dalam Give Away-nya Robby Haryanto dengan tema "Aku dan Buku"
Sumber Gambar:
http://bukuindonesia.com/buku-sebagai-jendela-dunia/
https://www.brilio.net/ilmiah/7-buku-legendaris-zaman-sd-bikin-kamu-kangen-masa-sekolah--1603163.html
https://www.google.com/search dengan kata kunci "mencuri yang diperbolehkan"
https://www.slideshare.net/simonpatabang/2-pemanfaatan-energi-arus-dc-75337740
http://www.dobrak.net/2016/11/instropeksi-mengapa-kita-begitu-mudah.html
Berasa lagi baca makalah gue. Tapi ini beda banget, soalnya dengan gaya bercerita santai dan ada humornya. :D Gak pernah mencuri buku sih, malah seringnya buku-buku gue yang dipinjem itu gak dibalikin, terutama komik dan novel. :( Kalau mencuri isi buku, yakni ilmu dan cerita di dalamnya, baru pernah. Itu ketika baca di Gramedia yang sampulnya udah kebuka. Baca dari siang sampai malem, bisa tamat dah buku yang macam personal literature.
BalasHapusIya, nyuri emang salah. Terus nyuci juga tuh, Haw. Sering banget kebiasaan masih nyebut gitu orang-orang, kan. Gue juga terkadang. Mungkin ini efek lagu pas zaman kecil: "Minyak kayu putih digosok ke badan. Bendera Merah Putih tandanya menang. Ibu lagi 'nyuci' pantatnya ilang." Otomatis sampai dewasa, kata mencuci dipendekin jadi nyuci.
Mumpung Robby udah masuk kuliah dan akan berjumpa dengan makalah makalah. xD Kalo buku yang dipinjem trus gadibalikin sih saya juga sering Yog. ampe bingung nagihnya gimana soalnya tu orang bilang udah dibalikin padahal belom. itu artinya dia pinjemin lagi bukunya ke orang lain. aku nggak pernah sih buka bungkus buku gitu, biasanya di gramed ada yg udah dibuka sih satu, tapi kalo gada ya lewatin aja.
Hapushahaha...kalo bahasa sehari-hari emang banyak kesalahan yg dianggap benar yak. aku nggak tahu btw lagu itu apaan.
Ya Allah, buku paket Lancar Berbahasa Indonesia. Padahal buku itu jaman kapan coba.
BalasHapusKalau aku nyuri hatimu. Iya, kamu. Gak dosa kan...
Ini pembaca benar-benar diajak masuk dalam pola pikirnya penulis.
Zaman masih pak harto memimpin negara, Pak~
Hapusbapak mah udah mencuri hati seseorang dan membuahkan hati yang telah dicurinya~
Berasa kayak makalah tugas kuliah. Apakah ini sengaja karena Robby sekarang sudah mahasiswa? :))
BalasHapusGue dulu juga suka baca, apa aja gue baca, sama kayak lo itu sampe komposisi balsem dibaca. Buku bhs indo juga misalnya baru beli, udah gue baca abis duluan. Jadi kadang pas ulangan, gue jawabnya pake bab yang belum diajarin itu. Kalo temen bingung sama jawaban gue, nah gue jadi bingung jelasinnya karena emang harusnya belum masuk ke materi itu. :|
Yups. :-bd
Hapushahaha.. sepertinya masing2 manusia terlahir untuk selalu membaca, tulisan kecil di botol shampoo juga dibaca. sepertinya nilai pelajaranmu waktu sekolah tinggi-tinggi itu, Pung.
((HORDENG))
BalasHapus((SUNTIKAN SILIKON))
((PIDIO SISWA NAKAL))
YHA, HAW. YHAAAAAAAAAAAAAA.
Ini tulisannya keliatan nggak santai tapi pas dibaca santai bet. Walaupun agak mikir keras di bagian akhir dan terdiam agak lama di bagian jelasin dikit pidio siswa nakal. Dari kecil ternyata kamu udah banyak akal, Haw. Minumnya susu Vidoran Xmart ya? Strateginya keren gitu. Penerapannya juga akhirnya berhasil~
Soal 'mencuri' buku... aku kayak Yoga sih. Baca buku yang udah kebuka di Gramed. Komik sih biasanya. Sampai selonjoran di lantai gitu bacanya. Makanya aku lebih suka ke Gramed itu sendirian, biar bisa lama-lama di sana dan nggak bikin partner jalanku kesal. Hahaha. Terus soal mencuri hati..... SETUJU BANGET ITU. Mencuri hati juga kedengarannya juga lebih sweet dan lebih baik daripada mengambil hati. Kalau mengambil hati, kesannya kayak caper. Iya nggak sih, Haw? :D
KENAPA MEMANGNYAAAA?
Hapussaya tidak pandai menceritakan kehidupan diri sendiri, Cha. Waktu kecil saya malah nggak dapat jatah susu formula, mamah biasanya ngasi air beras yang digulain.
kalo itu saya juga sering sih, sampe beberapa volume biasanya. hahaha waktu ngajak temen juga temen ngelakuin hal yg sama, dia baca nopel dibawa ke bagian komik, dan kami duduk sama2 ngebaca ampe mau abis/abis.
wa wa wa sepertinya kamu memang bisa berpikir dari sudut yg lain, Cha. saya aja nggak kepikiran loh ke situ.. :-bd
Kayaknya sih gak pernah nyuri buku, tapi kalo minjemin buku pernah dan itu gak balik sampe sekarang. Mana banyak banget lagi, itu namanya minjem atau mencuri secara halus ya mas?
BalasHapusHhaha.. nggak nyuri juga sih itu, kan dikasi ama yang punya, hanya khilaf waktu, lupa buat dibalikin dgn harapan yg punya ngeikhlasin. xD
HapusDi drama2in aja ini mah. xD
BalasHapusHahaha.. anak yang baik, bisa sadar kalo mencuri itu nggak baik. saya nggak sampe sesadar itu dulu.
Ceritanya ala2 makalah tp trnyata aseek abis! Mantap, Bang Haw! Eh, btw, blm diumumin, nih, tntang siapa pmnenang give away nya robby?
BalasHapusBaca komposisi produk, baca baliho di pinggir2 jalan, paling asik sih. Apalagi baca pikiran orang. Wkwk.
Ah, baca postingan Bang Haw yg ini jd keinget masa laluku nih. Kok pngalaman kita hmpir sama sih prnah mencuri buku jg pas SD? :') Skitar kls 3an. Buku yg kucuri itu buku LKS agama, krna aku mau liat bacaan sholat. Lupa jg sih nyurinya gmn. Kyak gtu jg sih ngmbil dri lemari. Bukan nyuri kali ya dsebutnya? Ngambil. Org ga ada yg punya jg. Ksian tuh buku dianggurin aja, mnding kuambil buat bljr sholat kan? Huahaa. Dosa gak sih? Tp tuh buku skrg udh ga ada deh, udh dikiloin sama mamaku. Wkwk.
Ya gimana, sebagai bekal untuk dedek Robby yang mulai masuk kuliah. :D Udah belom yak, gatau deh, kayaknya robby masih sibuk. kesian juga pulang pergi jauh begitu.
Hapusbaca pikiran orang itu kek mana? kamu dedy corbuzier ya?
hahaha.. ya jalan pikirannya juga sama. karena nggak ada yg peduliin dan dibiarin gitu aja, ya mending kita ambil aja kan buat dibaca. buku yg kucuri juga nggak tau ke mana, soalnya skrg lagi merantau dan bikin rumah baru ama orgtua kan, udah lama gak balik kampung.
Dulu tiap awal masuk sekolah dan dibagiin buku baru, buku yang pertama kubuka itu pasti buku pelajaran bahasa indonesia. Cari cari mana aja cerita-ceritanya dan kubaca isinya sampai halaman habis mentok ke daftar pustaka. Kalau buku matematika jarang kubaca, karena kata Ibu jadi orang jangan suka perhitungan.
BalasHapusSemoga lewat tulisan ini masnya berhasil mencuri kesempatan untuk menangin give awaynya, good luck!
Hahaha... iyakaliiiii... padahal sampe akhirat juga bakal dipertemukan dengan perhiungan dan hisab kan...
Hapusehtapi bener sih, bahasa indonesia emang paling enak dibaca kala itu, buku matematika mah males bukanya. xD
hahaha.. menang gak menang mah bebas. udah sering nggak menang juga. yang penting rame dna dapat satu postingan.
gokil
BalasHapussumpah
btw buku acibinya mana ya
tapi buku ijo itu udah lengkap sih
ah pengen balik esde, heuheu
Di SD saya cuma punya buku pelajaran itu dan IPS doang... :( ama LKS satu pas kelas enem.
Hapusbalik ke esde sekalian nganterin anak sekolah aja~