“Bilang saja nanti kalo dalam membangun rumah tangga itu perlu pasangan yang bisa diajak ngobrol apa pun. Karena ketika sudah tua dan renta, hanya itu yang bisa dilakukan untuk terus berbahagia,” kata suamiku memberi saran.
Hari ini anak lelaki kami akan mengenalkan calonnya. Dia sudah berangkat setelah salat zuhur tadi, mungkin nggak sampai setengah jam lagi mereka akan datang ke rumah ini. Kemarin malam, ketika mengutarakan maksudnya, anak kami itu sempat menjelaskan kalo calonnya tersebut memiliki beberapa kekurangan. Ya, palingan nggak bisa masak sebagaimana banyak perempuan di zaman serba modern ini.
“Iya, ya, Pak. Nggak bisa masak memang sering jadi ketakutan dan dianggap kekurangan oleh banyak orang. Namun, dalam berumah tangga, kan, nggak hanya soal memasak saja,” timpalku.
Mendengar anak lelaki kami yang kesehariannya pendiam dan kurang bersosialisasi, kami sungguh sangat senang. Umurnya memang sudah pantas untuk menikah. Kami sebelumnya khawatir kalau anak kami itu akan menikah terlalu telat karena sifatnya itu.
“Dari foto yang ditunjukkan semalam, calonnya itu cantik, loh, Bu. Muka perempuan baik-baik dan terlihat lugu, juga pemalu. Cocoklah memang dengan sifat anak kita. Bapak takutnya, pas akad nanti mereka sama-sama diam dan nunduk karena saling canggung,” jelas suamiku yang mulai berangan sambil terkekeh.
Kami pribadi tidak akan masalah dengan siapa pun calonnya, karena yang bisa akrab dengan anak lelaki kami semuanya adalah anak yang baik dalam artian tidak ada yang pernah terlibat dalam pelanggaran norma di masyarakat. Sekarang kami jadi saling berangan tentang kebahagiaan baru yang akan kami dapatkan dengan hadirnya menantu di rumah ini.
“Nanti selain ibu ajarin masak, ibu juga akan ajak karaokean, Pak. Biar hobi ibu ada yang nemenin. Kalo ama bapak mah lagunya Inul Daratista mulu,” ucapku. Bapak makin terkekeh.
“Kalo bapak, akan nyiapin lagu-lagu yang pernah almarhum mamak nyanyikan dulu waktu bapak masih kecil. Buat nina boboin cucu kita nanti,” balas suamiku dengan wajah berbinar.
Dari luar, terdengar suara mobil berhenti. Mereka sudah datang. Kami menyambutnya. Perempuan yang dibawa anak lelaki kami langsung menyalami dan mencium tangan kami berdua dan memberi kami senyuman. Cantik sekali. Kami mempersilakan duduk. Sebelum kami memulai bicara untuk bertanya kabar, anak lelaki kami langsung sigap mengenalkan.
“Pak, Buk, kenalin, ini Ajeng. Ajeng Purwanti. Perempuan yang akan jadi menantu Ibu dan Bapak. Dia baik dan ibadahnya terjaga. Namun, dia nggak bisa bicara, bisu…,” ucap anakku pelan, sesaat kemudian dia melanjutkan, “…dan mandul sejak lahir.”
Aku dan bapak saling bertatapan, lalu bersama menatap calon menantu kami. Perempuan itu juga menatap ke arah kami, dengan wajah yang terlihat lemah dan takut. Seolah memasang ekspresi bertanya, “Apa aku tidak pantas memiliki pasangan karena tidak bisa melahirkan dan mengobrol di hari tua?”
Sumber gambar:
https://www.kitamuda.id/hubungan/2016/05/22/5-hal-yang-mungkin-terjadi-ketika-kamu-ngenalin-pacar-ke-orang-tua/
atau apa nih... bersambung..
BalasHapuspenerimaan terkadang memang sulit dijelaskan.
BalasHapusjuga sulit dilakukan.... :(
Hapus..merestui dengan mengubur dalam-dalam impian dan harapan mereka itu?
BalasHapusBersambung? Yes atau nggak nih. hehehe
BalasHapusNggak ada sambungannya lagiii.. xD
HapusBersambung atau nggak, yes atau no, iya atau nggak, setuju atau tidak, tidak setuju atau setuju dan setuju atau se apa aja dah hehe
BalasHapusterserah aja gimana enaknyaaa... ini gak akan ada sambungannyaaa.. xD
HapusDaku terenyuh saat mengetahui endingnya :))
BalasHapusya ampun Bangulll.. kemana ajaaa? lama kagak keliatan...
HapusAq tu sebenernya masih berkeliaran bhaaangg hahaha
HapusKeliaran yg begimana? Kagak ada jejak2nya...
Hapusjika calon mantunya nggak bisa jadi teman nyanyi pas sang ibu karaoke, setidaknya ia bisa jadi temen goyang selama ibunya menyanyi ^^
BalasHapusAhahaha.. bisya bisya bisyaaaaa.... :-bd
HapusMeski masih bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat dan bisa mengadopsi anak untuk solusinya. Namun, apa kata tetangga? Orang tua pasti pusing dan berat betul dalam menerima kekurangan si gadis itu~ :(
BalasHapusNah iya, itu faktor yang membuat orang juga pilah pilih sesuatu, apalagi mantu yang ketika akad dipamerkan sekelurahan.
HapusEnding yang anjay. MENARIK! Ini jadi tantangan, gue harus bisa bikin cerita yang lebih baper dari ini.
BalasHapusEmang selalu keren. Mulai dari Ukuran Dada Rata lebih baik, surat cinta A sampai Z semuanya akan berakhir, sekarang Gadis Bisu dan Mandul Sejak Lahir.
Referensinya apa aja, Pak? KEREN!
Bikin ajaaa.. kami para blogger menginginkan cerita2 yang baper gituuu... :-bd
HapusAmpun dah, itu surat-suratan udah gak lanjut lagi, udah lama padahal.. tapi maksih udh mau bacaaa..
Mungkin karena pengaruh tontonan (sinetron), bacaan (koran) dan pengalaman pait...
Jleb banget di akhirnya, kenapa oh kenapa dirimu selalu ngasi flash fiction yg cerdas
BalasHapusKuharus berguruuuuuu ahhahaha
Ini tentang pengalaman, Mbak, walo bukan pengalaman saya. bayangin aja, orang2 rame berkata "yang utama bisa saling bicara" di depan orang yg bisu. :(
HapusBentar, bentar, saya nyari petunjuk dulu bang, biasanya ada di selipan kata-kata. Tanya penonton dulu ya?
BalasHapusApakah kalian melihat hikmah dibalik kalimat diatas? Katakan lebih keras!
*Krik-krik
No comment bang, hanya bisa tertegun dibalik ratapan kesedihan.
Ahahaha.. kadang yang menurut kita romantis, bagi sebagian orang itu pecutan.
HapusSemua cerita di blog saya ngegantung semua kok, May... :P
BalasHapus