Musim hujan telah menghampiri kita sekitar tiga bulan terakhir ini. Curah hujannya juga sangat tinggi yang sampai-sampai mengakibatkan beberapa titik di berbagai wilayah mengalami banjir. Walo demikian, tidak berarti setiap hari juga kita akan mengalami hujan. Tergantung dari kondisi cuacanya. Namun, di musim hujan ini, dalam seminggu sudah dipastikan hujan bakal sering terjadi, dan ada satu hari yang hujannya turun berkali-kali.
Di postingan tahun lalu, saya sempat membahas bahwa lutut nenek bisa dijadikan alat peramal hujan. Di artikel itu pula, Yoga mengingatkan bahwa opini yang beredar di masyarakat itu, kalo entar mau hujan, udaranya bikin gerah. Sedangkan alat peramal pribadinya Yoga, kalo kecoa di rumahnya pada keluar, berarti akan hujan, karena diduga kecoanya kepanasan dalam liangnya.
Baca juga: Lutut Nenek Bisa Meramal Hujan
Baca juga: Lutut Nenek Bisa Meramal Hujan
Nggak, sih, Yog, kayaknya kalo kecoa. Secara, kecoa itu sanggup bertahan di suhu yang ekstrim. Dingin banget atau panas banget juga kecoa bakal selow aja. Kecoa di rumahnya Yoga ini pada keluar, ya, karena lagi nggak ada guru saja. Namun, kalo tentang udara yang berasa gerah dan menjadi pertanda bakal turun hujan, itu ada benarnya.
Fenomena berasa gerah dan menandakan akan turun hujan ini umumnya terjadi saat sore atau malam hari. Kemudian waktu menjelang atau tepat tengah malamnya, hujan benar-benar turun. Ini fenomena yang menarik, sih.
Hujan, kan, identik dengan cuaca dingin, tapi kenapa saat malam hari sebelum hujan, kita malah kegerahan?
Hal tersebut dipengaruhi oleh dua hal, suhu udara di malam hari dan kelembabannya yang tinggi. Sebelum hujan turun di tengah malam, suhu udaranya memang meningkat. Penyebabnya, ya, karena sepanjang siang hari, bumi menerima panas matahari dan menyimpannya. Lalu, saat malam hari, panas bumi tersebut dilepaskan kembali melalui radiasi.
Kalo dalam kondisi normal, langitnya cerah dan bebas dari awan. Sehingga radiasi panas tadi bisa lancar sampai ke angkasa. Namun, saat akan hujan, awan mendung dan tebal bisa menghalangi. Jadinya, radiasi panas tadi terpantul atau tertahan, tidak bisa lepas ke angkasa. Lalu, radiasi tadi terakumulasi di bagian bawah atmosfer dan menyebabkan suhu udaranya meningkat. Sehingga, kita akan merasa kepanasan.
2) Awan mendung menghalangi pelepasan radiasi |
Mekanismenya, tubuh kita, kan, selalu membakar karbohidrat dan lemak untuk menghasilkan energi. Proses ini menghasilkan panas di tubuh yang terus-terusan. Agar tubuh tidak kelebihan panas, makanya harus dibuang. Caranya, panas tadi diserap oleh keringat di dalam tubuh, lalu dikeluarkan di permukaan kulit. Saat keringat yang keluar ini bertemu dengan udara, maka keringat yang berisi panas tubuh ini akan menguap. Tubuh kita lalu menjadi lebih dingin. Kalo udaranya udah penuh uap air, ya, keringat kita nggak bisa menguap dan panasnya tetap tertahan di tubuh.
3) Gerah berkeringat |
Namun, tenang saja, gerahnya bakal hilang, kok. Karena malamnya pasti turun hujan yang menyejukkan.
****
Lalu, kenapa kita merasa kesal sebelum akhirnya menangis?
Kesal itu merupakan rasa jengkel dan gerah terhadap seseorang atau terhadap suatu keadaan. Menangis adalah proses tubuh untuk mengatasi kekeringan di mata, atau untuk mengurangi rasa sakit di tubuh. Terus, kenapa sebelum kita menangis, sering sekali kita didatangi oleh perasaan kesal?
Misalnya lagi asik main kelereng, eh, diledekin oleh teman2 sekomplek, kita marah dan mengajak berkelahi. Namun, karena mereka banyak, kitanya yang terbully. Kita kesal karena tidak bisa melampiaskan kemarahan. Lalu, kita menangis. Atau mungkin sepulang kerja kita merasa sangat capek dan kesal tanpa tahu kenapa. Lalu tiba-tiba, di jalan atau di kamar, kita mendadak menangis. Itu kenapa, ya?
4) Menangis karena kesal |
Setelah pulang kerja dan kelelahan, emosional kita biasanya cukup tinggi. Ini disebabkan karena sepanjang hari direcoki oleh teman yang menyebalkan, kerjaan yang kadang bikin pusing dan tidak sesuai target, atau kejadian lain yang memancing amarah. Sehingga, kita pulang membawa tumpukan amarah tersebut. Panas hati.
Namun, keadaan hati yang lunak bisa membuat kita gampang bersyukur. Bisa menyerap amarah kita dan menguapkannya, dengan menunjukkan masih ada hal lain yang bisa disyukuri. Oh, masih ada orang yang mau dengerin kita. Masih ada keluarga yang peduli dengan kita. Masih bisa tidur nyenyak sepulangnya, misalnya. Namun, bagaimana kalo orang kesayangan kita juga lagi menyebalkan, orang tua banyak menuntut dan marah-marah? Hati kita bakal mengeras.
Baca juga: Menangis Tanda Kecerdasan dan Ketakwaan
Baca juga: Menangis Tanda Kecerdasan dan Ketakwaan
Lagi panas hati karena sepanjang hari dibikin marah-marah melulu. Melampiaskan nggak bisa. Mau menghilangkan marahnya dengan langsung tidur saja dan mensyukuri ada rumah yang tenang, eh, orang rumahnya pada menjengkelkan. Atau pas mau mensyukuri masih punya seseorang yang mau mendengarkan, eh, nggak punya siapa-siapa, sendirian. Terasa sakit di hati dan pikiran. Kesal, deh.
Namun, tenang saja, kesalnya bakal hilang, kok. Menangis kan fungsinya mengurangi rasa sakit, termasuk sakit hati. Sehingga, perlahan setelah kesal, kita akan menangis. Seperti gerah yang disejukkan hujan. Kesal juga bisa diredam oleh tangisan. Apa karena kesamaan proses hujan dan tangisan ini kali, ya? Makanya kalian yang sering menangis malam-malam karena merasa kesal atau kesepian, sangat menyukai hujan?
“Ilmu tentang cuaca memang tidak bisa dipakai untuk membeli siomay. Namun, dengan ilmu ini, kita jadi tahu kalo tukang siomaynya sekarang lagi berteman tangisan. Hujan. Dia nggak bisa jualan.”
Salam V-sika
(Baca: Peace-sika)
Sumber gambar:
1) https://lampungpro.co/post/18094/hari-ini-bandar-lampung-diprakirakan-alami-hujan-lebat-disertai-petir
2) https://jogja.tribunnews.com/2019/03/07/penjelasan-bmkg-yogyakarta-penyebab-hujan-turun-siang-atau-malam-hari
3) https://sumsel.idntimes.com/life/education/bayu/berkeringat-banyak-saat-bangun-tidur-itu-tidak-wajar-regional-sumsel
4) https://www.merdeka.com/gaya/ini-alasan-kita-tidak-bisa-menangis-saat-kelewat-sedih.html
3) https://sumsel.idntimes.com/life/education/bayu/berkeringat-banyak-saat-bangun-tidur-itu-tidak-wajar-regional-sumsel
4) https://www.merdeka.com/gaya/ini-alasan-kita-tidak-bisa-menangis-saat-kelewat-sedih.html
Bangkai, segala diungkit bagian itu. Saya tahu kalau kecoak anti sama nuklir kayak yang kamu sebut. Waktu itu sebetulnya yang bilang ibu saya, Haw. Saya cuma meneruskan ketika protes kenapa tiap mau hujan sering banget ada kecoak keluar dari tempat persembunyiannya. Karena saya enggak sudi mencari tahu lebih lanjut tentang makhluk jahanam itu, ya saya anggap juga kegerahan. Haha. Berarti kemungkinannya mereka keluar cuma mau menyelamatkan diri biar enggak kebanjiran aja kali, ya? Tapi masa bodohlah.
BalasHapusTerus ketika udah jengkel bukan main sama keadaan dan tetap tak bisa menangis itu gimana? Masa iya perlu memaksakan diri buat menonton One Piece sewaktu kapal Going Merry dibakar demi keluarnya air mata? Atau GOTG 2 pas Yondu mati? Atau The Green Mile bagian eksekusi John Coffey di kursi listrik? Daftar ini bisa bertambah panjang jika tiga tontonan itu masih gagal memicu tangis.
Lupa kalo dulu pernah niatin bakal jawabin, Yog. ahahaha. Mumpung maish musim ujan dan kebetulan lagi ngalami kemaren, ya, sekalian aja bawa2 itu.
HapusApalagi kalo lagi kelaparan, itu nangis juga nggak bakal bisa. jadi kalo gabisa nangis, usahakan jangan sampe bersosialisasi dulu.
Tonton iklan thailand aja, Yog. Mudah nangisnya~
Setahun baru ditulis. Keingetan, atau emang materi buat blog ini melimpah banget? Btw, kalau orang yang saking sedihnya sampai pas nangis air matanya gak bisa keluar itu teorinya gimana? Coba dong ditulis juga. Request dari pembaca nih bang~
BalasHapusYa, kan, nunggu masuk musim ujan lagi, Bang. Kalo melimpah mah saya update tiap hariiiiii..
HapusAir mata nggak keluar saat mau nangis, biasanya:
1. Lagi kelaparan, benar-benar belum makan dari kemarin,
2. Ngantuknya keterlaluan,
3. lagi ada guru
4. Bct
Hapus