Assalamu’alaikum…
Selama pandemi, saya jadi sering menonton acara televisi. Seperti acara talkshow, sinetron dan berita. Melalui acara-acara tadi, ditambah memantau media sosial, saya jadi lumayan tahu perkembangan terkini di luar sana. New Normal sudah diberlakukan, yang artinya kita bisa bepergian/berkunjung lagi ke tempat teman atau saudara yang selama ini dirindukan.
Dengan catatan, tetap menerapkan protokol keamanan serta melengkapi persyaratan jika menggunakan transportasi umum. Untuk naik pesawat misalnya, tidak hanya identitas diri dan surat keterangan keperluan melakukan perjalanan, kita juga diminta menyiapkan surat hasil pemeriksaan kesehatan negatif covid-19. Nggak enak juga, kan, kalo tujuannya ketemu ama keluarga, tapi nularin virus pandemi yang membuat kita malah terpisah selamanya.
Kalo rasa rindu sulit dipendam dan mau banget bertemu saudara/orang kesayangan yang rumahnya cukup jauh (luar kota), mending lakukan pengecekan dulu, kita terjangkit apa tidak. Toh, ngeceknya juga nggak ribet. Nggak perlu antre ramai-ramai. Misalnya saya yang lagi di ibukota, tinggal buka aplikasi Halodoc dan pilih lokasi covid test Jakarta dan tentukan mau di rumah sakit atau klinik yang mana. Bisa drive thru pula.
2) Tes covid-19 dengan aplikasi Halodoc |
Aplikasi Halodoc ini lumayan sering membantu, sih. Sebab kalo beli obat, bisa langsung dianterin sampe rumah. Walaupun sudah lewat tengah malam. Mau konsultasi ke dokternya juga bisa diatur jadwalnya untuk telepon atau vidio call. Atau seperti adik saya yang nggak mau konsultasi dengan dokter selain langganannya, melalui aplikasi Halodoc ini tetap bisa dihubungkan ke dokter langganan. Tinggal cari nama dokter dan spesialisasinya.
Ketika menonton salah satu segmen acara hiburan di televisi tadi, saya menyaksikan salah satu host-nya menyipitkan mata ketika membaca pesan dari penonton di media sosialnya. Host lainnya menertawakan tingkah menyipitkan mata tersebut. Buat apa sampai begitu hanya untuk membaca pesan penonton?
Bagi yang tidak mengalami mata minus atau rabun jauh, hal tersebut mungkin terlihat aneh. Namun, bagi orang yang berkacamata minus dan lupa mengenakan kacamata, dia secara otomatis akan menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Kenapa menyipitkan mata bisa membuat orang melihat lebih jelas?
Ini berhubungan dengan cara kerja mata kita
Terutama dalam memproses cahaya yang masuk. Kita bisa melihat karena kita menerima informasi berupa cahaya yang dipantulkan oleh benda di sekitar kita yang terpapar oleh cahaya. Ketika cahaya sampai ke mata, cahaya tersebut akan diteruskan masuk oleh kornea ke lensa mata.
3) skema cahaya masuk ke mata |
Pada mata normal, lensa mata tadi berfungsi dengan baik. Sehingga, cahaya yang masuk tersebut bisa diatur fokusnya agar tepat mengenai retina. Namun, pada mata minus, lensa matanya tidak dapat memfokuskan cahaya tadi hingga tepat di retina. Akibatnya, objek yang berjarak cukup jauh akan terlihat buram atau tidak jelas.
Intinya, agar mata bisa melihat benda jauh dengan jelas, perlu adanya pemusatan atau pemfokusan cahaya yang masuk agar tepat mengenai retina. Menyipitkan mata bisa membantu proses pemfokusan cahaya ini.
Tindakan tersebut memanfaatkan pinhole effect
Menyipitkan mata berarti membuat kelopak mata agak menutup. Dengan kondisi tersebut, kelopak mata dapat menghalangi sebagian besar cahaya yang datang, sehingga cahaya yang masuk ke mata jadi lebih sedikit dan hanya melalui jalur lensa mata yang menuju tepat ke retina.
Seperti ini skema yang terjadi saat kita menyipitkan mata:
4) Skema saat mata menyipit |
Garis hitam tebal yang menghalangi garis cahaya a dan d tersebut bisa dianggap sebagai kelopak mata saat menyipit. Ketika jumlah cahaya yang masuk ke mata berhasil dikurangi, maka titik fokus cahaya yang sampai pada retina akan semakin menyempit. Sehingga, kita bisa melihat dengan lebih jelas.
Fenomena ini sangat dikenal oleh pegiat fotografi. Mereka sering sekali mengatur apertur kameranya kala memotret, sehingga cahaya yang masuk ke lensa bisa dikontrol dan mendapatkan fokus gambar yang diinginkan. Semakin sedikit cahaya yang masuk, hasil jepretan objek yang jauh akan terlihat semakin jelas.
5) Pengaturan aperture f/1.6 dan f/22 |
Jadi, begitulah alasannya kenapa orang sering menyipitkan mata saat ingin melihat lebih jelas objek atau benda-benda yang jauh. Namun, menyipitkan mata juga nggak enak, sih, perlu diberi solusi yang lebih tepat. Penglihatan kita terasa buram juga belum tentu karena mata minus, bisa saja karena komplikasi penyakit lain.
Dari itu, sekalian periksain saja ke dokter, bikin jadwalnya di Halodoc tadi. Biar bisa lebih fokus. Nggak banyak mengira-ngira apa penyebabnya. Kayak setelah melakukan rapid test atau PCR, kalo udah jelas nggak tertular virusnya, kan, lebih fokus dan lebih tenang ketemu keluarganya.
Sumber gambar:
1) Channel Malam-Malam (https://www.youtube.com/watch?v=7jOsPsfQ_Gc&t=639s)
2) https://www.halodoc.com/layanan-rapid-test
3) http://www.kobe-kanagawa.jp/sp/english/services/eye-mechanism.html
4) http://www.eyerobics.com.au/pinhole_glasses.html
5) https://ic8lens.com/how-does-ic8-iol-work/
hmm setuju sih, kebetulan mata saya juga minus dan silinder. tapi kadang saya nggak cuma menyipitkan mata, bahkan saya harus memiringkan kepala biar bisa melihat lebih jelas. apa itu gara2 ukuran lensa di kacamatanya udah nggak pas ya hahaha
BalasHapusBelum pernah ngecek mata sih, tapi sejauh ini masih aman-aman saja. Menyipitikan mata mungkin sekali-dua kali kalo lagi baca dihape dan tulisannya kecil. Tapi kalo memiringkan kepala mungkin tidak pernah? Memangnya ada hubungannya yah?
Hapus@Njus: Mungkin juga, Njus. Sebagaimana saya kalo nggak ngeliat jelas meski pakai kacamata, ngeliatnya ditambahi mendongakkan kepala, soalnya lensa bagian bawah kayak memberi gambaran lebih jelas.
Hapus@Rahul: pastinya saya belum tahu, karena bisa ada pengaruh bentuk mata. meski bulat, mata kan berisi air, jadi jika ditambah tekanan otot sekitar mata, bentuk mata bisa berubah, tergantung kebiasaan menekan bagian mata yg mana. Itu bisa mengubah mengubah titik fokus ke retina juga. memiringkan kepala, mendongak, nunduk. kayak ngepasin tekukan layar laptop.
pengaruh kebiasaan juga besar di situ, meski nggak minus, bukankah kita juga sering otomatis memiringkan kepala saat melihat orang di kejauhan sambil mengingat-ingat dia siapa...
Setiap kali ada yang manggil dari kejauhan, saya mulai menyipitkan mata. Pengin ke optik lagi belum jadi-jadi lantaran pandemi ini.
BalasHapusEh iya, kalau kondisi kurang tidur bisa berpengaruh juga, kan? Entah kenapa terasa lebih blur. Atau tadinya masih bisa melihat di jarak sekian, jadi kurang fokus. Itulah kenapa mata juga perlu diistirahatkan sehabis lihat layar dalam jangka waktu tertentu.
berpengaruh, Yog. apalagi kalo tidurnya sampai menutupi muka dengan bantal, atau tidur miring yang menekan mata. kudu duduk dulu agak lama, baru berdiri dan pergi cuci muka. yang bikin burem juga karena kurang tidur sih. atau kebanyakan tidur.
Hapuskrim anti gravitasi? maksudnya krim flat earth?
BalasHapusIya juga sih, tapi saat kena cahaya silaupun kita juga menyipitkan mata kan 😁
BalasHapusmeski keinginannya sama, tapi itu beda kasus, Mbak. cahaya yg dimaksud di sini, yang membantu kita dalam melihat tanpa perlu menatap sumber cahayanya. kalo kena cahaya silau, itu momennya kita lagi melihat ke arah sumber cahayanya (matahari, senter, lampu tembak), itu mah gausah menyipitkan mata, sebisa mungkin jangan dilihat malah. berbahaya justru kalo kita melihat sumber cahaya yg besar dan sampai menyilaukan.
Hapus