Assalamu’alaikum…
Kehidupan di bumi ini nggak cuma ada di daratan, di lautan atau perairan juga banyak makhluknya. Sebagaimana halnya penghuni daratan, ada yang tinggal di dataran tinggi pegunungan dan ada juga yang tinggal di dataran rendah/pesisir. Makhluk yang tinggal di lautan juga ada yang hidup di perairan dangkal dan ada juga yang hidup di laut dalam.
Kalo di film-film, makhluk yang tinggal di laut dalam, seringkali digambarkan memiliki tampilan yang ganas, seram dan memiliki ukuran yang besar. Mungkin karena makin dalam lautan, dianggap makin bisa menyembunyikan keberadaannya. Makanya dibuatlah gambaran makhluk seram yang tinggal di dasar laut.
Padahal, makin dalam lautan, makin sulit didiami oleh makhluk yang berukuran besar. Terlebih yang memiliki struktur tubuh bertulang belakang. Beberapa tahun lalu, ada ikan laut dalam yang sempat meramaikan internet. Blobfish. Ikan ini dinobatkan sebagai ikan paling jelek di dunia.
Sangking jeleknya, sampai-sampai dimunculkan di film Men In Black 3 sebagai ikan alien dari luar angkasa
Nggak hanya blobfish, ikan lainnya yang berhasil ditangkap dari laut dalam memiliki bentuk yang aneh. Ada yang lidahnya lebih besar dari badannya, ada yang tubuhnya tipis hampir seperti kertas, juga ada yang justru matanya yang lebih besar. Jelek pokoknya.
Ini, kan, mengherankan dan menimbulkan pertanyaan. Kenapa ikan atau makhluk yang tinggal di laut dalam memiliki tampilan yang jelek? Karena gelap, kah? Sehingga mereka tidak mementingkan penampilan, toh, nggak ada yang bisa lihat di sana?
2) Belut gulper seperti kertas |
Atau mungkin ada alasan khusus, kah, yang menuntut mereka memiliki tampilan sejelek itu? Soalnya, di setiap makhluk hidup, pasti ada alasan khusus kenapa mereka memiliki tampilan tertentu.
Selain gelap, laut dalam juga memiliki tekanan yang sangat besar
Masih ingat, kan, kita dengan kasus kapal selam wisata Titanic yang hilang kemarin dan dikonfirmasi mengalami ledakan? Meledaknya bukan karena ada bom di dalamnya, melainkan karena tekanan hidrostatis laut dalam. Jadi, kapal selamnya seolah diremas oleh air.
Bayangkan saja, kedalaman (h) ditemukannya kapal selam Titanic ini 13.000 m.
Gravitasi bumi (g) 9,8 m/s2.
Kemudian massa jenis air (ρ) 1000 kg/m3.
Tekanan (P) yang dialami kapal selam tersebut sebesar: ρ x g x h,
1000 kg/m3 x 9,8 m/s2 x 13.000 m = 127.400.000 N/m2.
Misalnya massa satu mobil itu 1 ton (1000 kg), maka tekanan di kedalaman itu sama seperti ditindih dengan 127 ribu mobil dari segala arah. Apa nggak ringsek itu kalo struktur dan materialnya abal-abal.
Untuk mengatasi besarnya tekanan di laut dalam, kapal selam biasanya dibuat dari material yang sangat kuat. Juga menggunakan struktur/bentuk yang paling stabil dalam mempertahankan kekuatannya (berbentuk bola). Namun, bagaimana dengan makhluk hidup di sana? Mereka tentu mengalami tekanan hidrostatis juga, dong?
Benar, ikan di laut dalam juga sama repotnya karena tekanan ini. Makhluk yang tinggal di sana harus bisa menyesuaikan dengan tekanan yang besar tersebut agar bisa tetap hidup (selain tuntutan mencari makan). Namun, kalo mereka memilih solusi seperti kapal selam, mereka akan makin kerepotan.
Sebab, bentuk tubuh seperti bola sangat tidak efisien untuk berenang, apalagi memburu mangsanya. Bentuk yang bulat ini kalo mau efektif harus memiliki massa yang besar, lebih berat. Masalahnya, kalo makin berat, energi yang diperlukan untuk bergerak juga lebih besar.
Padahal untuk mendapatkan sumber energi dari makanan di laut dalam itu sangat susah. Mereka bahkan baru berburu lagi setelah beberapa hari kemudian, demi menghemat energinya.
Lalu, bagaimana ikan laut dalam beradaptasi dengan tekanannya?
Membuat tubuhnya menjadi lunak dan fleksibel. Makanya penghuni laut dalam kebanyakan berupa moluska atau hewan bertubuh lunak. Dengan struktur tubuh yang lunak, serta lemak dan protein dalam sel tubuh yang bersifat fleksibel, ikan laut dalam bisa menyesuaikan tekanan yang diterimanya. Kalo mau lebih detil molekul apa saja yang mempengaruhi, bisa baca tentang piezofisiologi makhluk laut dalam.
Dengan kata lain, karena sistem yang rumit dalam tubuhnya, tekanan di dalam tubuh ikan laut di kedalaman tersebut bisa sama atau mendekati besarnya tekanan hidrostatis di sana. Tekanan itu, kan, terjadi karena adanya perbedaan antara di luar dan di dalam. Nggak ada perbedaan, ya, santai ae lah.
Seperti sebuah bola basket yang di dibawa menyelam, makin dalam, tekanan yang dialami bola basket tersebut akan makin besar. Lama-lama, bolanya bisa meledak. Namun, bagaimana kalo di dalam bolanya berisi air yang sama?
4) Plastik yang berisi air di dasar laut Marina Trench, tidak meledak karena isinya air, kalo isi udara, pasti sudah meledak |
Berarti, dari dalam bola basketnya juga akan memberi tekanan yang sama besarnya. Dari dalam terdapat dorongan sebesar 10 misal, dari luar juga 10. Atau seperti maju selangkah, lalu mundur satu langkah. Ya, kan, nggak ke mana-mana jadinya. Nggak berasa apa-apa. Nah, kayak gitu lah kira-kira yang dilakukan oleh sistem dalam tubuh penghuni palung laut. Memberi tekanan yang juga sangat besar dari dalam tubuhnya.
Terus, kenapa mereka jelek?
Karena kita tidak menyukainya. Kalo udah suka, mau kayak apa juga berasa cakep. Hehe. Perihal ikan laut dalam yang jelek ini hanyalah ketidaksesuaian tempat saja. Maksudnya, tampilan blobfish atau ikan laut dalam lainnya baru bisa kita lihat saat sudah berada di permukaan. Entah karena ditangkap dari dasar laut atau karena terdampar.
Yang artinya, kita belom melihat kondisi ikan tersebut di tempat asalnya (di habitatnya). Hal ini penting karena melihat lingkungan laut dalam yang tekanannya sangat besar tadi. Ditambah, cara penyesuaian diri mereka berupa memberi tekanan yang sama besar dari dalam tubuhnya.
Padahal, di permukaan, di daratan, tekanan dari lingkungan luar tidaklah besar. Karena sistem dalam tubuh blobfish terbiasa dengan memberi tekanan besar dari dalam, akibatnya, saat berada di permukaan, tekanan tersebut membuat tubuh ikan ini jadi membengkak.
Yang sebelumnya seimbang antara luar dan dalam, tiba-tiba lebih besar tekanan dari dalam. Lalu tubuh mereka juga lunak, yang kalo tubuhnya keras bisa meledak, ini jadi kayak “mengembang sekaligus meluber”. Sama seperti kasus bungkus makanan ringan yang saat dibawa ke gunung atau puncak tiba-tiba mengembung.
Di lingkungan aslinya, laut dalam, blobfish ini nggak sejelek itu, kok. Ya, nggak secakep ikan hias juga, tapi tampilannya masih terlihat seperti ikan lain pada umumnya. Ubur-ubur yang dari laut dalam juga sama. Bentuknya cantik kayak jamur atau payung. Namun, saat sudah terdampar di pantai, cuma seperti jelly yang mengembang.
Intinya, mereka jadi jelek karena tidak berada di lingkungan yang seharusnya
Tekanan dari lingkungan yang tidak sesuai dengan sistem dalam tubuhnya, membuat mereka jadi membengkak dan terlihat jelek, yang tentunya juga menjadikan hidup mereka berakhir.
Pada diri kita juga ada, sih, hal yang seharusnya tetap berada di dalam. Nggak boleh sembarangan kita keluarkan. Emosi, iri, dengki, dendam, muslihat, nafsu negatif, dan sejenisnya. Mereka semua penghuni palung hati terdalam kita.
Mereka semua juga memberikan tekanan yang sangat besar dari dalam. Jika kita sembarangan membawanya ke permukaan, baik di wajah, ucapan atau tindakan. Sudah pasti akan membuat kita terlihat “jelek”.
…dan mungkin akan menyebabkan suatu hubungan berakhir.
Sumber gambar:
1) https://m.imdb.com/title/tt1409024/mediaviewer/rm1423744001/
2), 3) https://id.quora.com/Mengapa-ikan-di-laut-dalam-di-bawah-10-000-meter-tidak-hancur-atau-mati-tetapi-kapal-selam-yang-berada-di-10-000-meter-mendapatkan-tekanan-yang-luar-biasa
4) https://id.quora.com/Jika-pada-kedalaman-800-meter-kapal-selam-bisa-terbelah-tubuh-manusia-bisa-hancur-karena-tekanan-hidrostatis-lalu-bagaimana-hewan-hewan-laut-pada-kedalaman-tersebut-dapat-hidup/answer/Eko-Fadhillah?ch=10&oid=371020745&share=1eee4424&srid=1NmCr&target_type=answer
5) https://www.nationalgeographic.com/animals/fish/facts/blobfish
0 Comments:
--Berkomentarlah dengan baik, sopan, nyambung dan pengertian. Kan, lumayan bisa diajak jadian~